Dear X

konten 1
konten 2
konten 3
GEOGRAFI (3) cita-cita (1) (1)

Kamis, 22 Maret 2012

Aku terkejut!

Aku terperanjat. Ya, mendengar mereka dengan cerianya mendiskusikan hal itu. Saat mata kuliah geografi politik.

Saya memang seorang mahasiswa. Tapi bukan saksi bisu. Tak terlalu benah diri saya, tapi saya peduli sekitar saya. Saya peduli "mereka" yang kalian tutup mata atasnya.

Saya kecewa. Baiklah saya paparkan alasan kekecewaan saya.
Saya benci politik. Tidak juga, sebenarnya saya benci sifat manusia yang mengotori politik. Kejam, sadis, demi kepentingan. Bahkan semenjak lulus SMA, dan masuk di PT ini pun saya diporak-porandakan kepentingan-dan-kepentingan. Tak ada kata hari ini atau esok tanpanya.
Dunia di luar sekolah memang buas. Lebih mengerikan dari hutan rimba.
Kita butuh kapak untuk menebas rintangan. Jangan harap bisa lepas dari serangan bahkan jika Anda beristirahat.
Cukup disini petuahnya. Mari bahas pokok masalah.

MK geografi politik.

Bayangakan sebuah limas segitiga, yang berdiri seperti bangunan atap pada gambar anak SD. Segitiga alas depan menghadap miring pada kita. Pada segitiga depan, titik segitiga tertinggi ialah power, titik segitiga kanan policy, dan di kiri politic. Segitiga belakang, dengan urutan seperti sebelumnya: Space, teritory, place.

Dosen saya sebagai fasilitator mengambil kasus tentang politik sehari-hari di sekitar. Tersebutlah para pedagang kaki lima. Bagaimana caranya agar jalanan bebas dari pedagang? Bermenit kemudian, kami berdiskusi. Tak banyak yang langsung pada inti, sampai akhirnya saya bosan, karena saya tau apa yang dimaksudnya. Ini lagi-lagi terkait dengan politik dalam segitiga itu. Segitiga alas pada bagian depan.
Proses agar para pedagang kaki lima itu mau mentaati peraturan itu adalah politik. Dibuatlah kebijakan untuk mencapai tujuan itu. Namun seperti yang kita tau seringkali kebijakan tidak berdampak apa-apa, kecuali sebatas kata semata. Politik BUTUH sesuatu untuk mencapai tujuan. POWER. Siapa saja pihak yang punya POWER, yang bersentuhan dengan pedagang kaki lima?? Yang formal tentu saja satpol. Non formal misalnya preman. 

--sampai sini, para mahasiswa terdiam-- hati saya bergumul, dengan ketidaksukaan.

Demi mencapai tujuan, seseorang melakukan apapun. Mengerikan...

Ada satu celetukan senior, yang tidak mengenakkan. Sebuah opini singkat pengusiran para pedagang kaki lima. Dan kecewa, saya tau ia mahasiswa kritis, tapi terdengar tertawa saat mengatakan hal itu.  Tidakkah ia tau mengapa mereka berkali-kali berdagang disana??
Tidakkah ia mencoba mengenakan MOCCASINS para pedagang  itu?
Demi mengisi perut. Tentu. Demi keluarga mereka. Tentu. Dan semestinya pemerintah bersyukur, mereka MASIH MAU BERUSAHA untuk mendapatkan segala kebutuhan hidup dengan CARA YANG HALAL!
Jika, mereka tidak berdagang, banyak opsi buruk lain: mencopet, merampok, berjudi, jualan ganja, pembunuh bayaran, penipu (seperti makelar abal-abal), de el el. Percayalah, semestinya semua tidak dilakukan sepihak. Harus ada komunikasi dua arah, seperti halnya mengajar. Anda melakukan sesuatu yang merugikan, berilah keuntungan lain sebagai opsi.

Pedagang diusir, ia akan terus kembali lagi seandainya tidak ada orang-orang yang mengusirnya. Kenapa? Mereka juga terpaksa kali, berdagang di tempat gak nyaman kayak gitu. Tapi gimana lagi? GAK ADA TEMPAT KOK! *ini logikanya.
Jadi, sediakanlah opsi tempat. Sebuah keinginan memang selalu harus ditebus dengan pengorbanan. Jika menginginkan jalan bebas dari pedagang kaki lima, pengorbanan adalah menyediakan tempat yang baik, yang layak.
Percayalah, tidak ada manusia yang sebenarnya ingin berdagang seperti mereka.. Terkena asap kendaraan, jangka waktu panjang bisa terakumulasi dan menjadi penyakit menahun. Mereka hanya tak punya pilihan, mereka orang yang baik--karena tidak memilih opsi buruk seperti yang saya sebutkan diatas.

Kendala saat membuat tempat yang layak adalah:
*strategis-kah?
*perbandingan pemasukan di kaki lima, dibanding tempat layak itu untuk mereka?
*apakah ditempat baru ada pungli? Kalaupun tidak ada, apakah mereka harus menyewa dengan harga lebih mahal daripada yang pernah mereka diberikan pada 'pungli' preman di kaki lima?

Sebuah perubahan, pertama kali pasti akan ditentang. Karena orang-orang pertama-tama akan merasa takut akan resiko. Ketakutan lalu memunculkan ketidaknyamanan, tapi pada akhirnya jika ada yang berhasil, biasanya orang lain pun akan mengikuti. Lagi dan lagi.
Dari MK Manajemen, dan improvisasi orisinal :)

Hidup perubahan ke arah lebih baik!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

merci beaucoup~ :) your opinion's so valuable for me



Powered by mp3skull.com