Dear X

konten 1
konten 2
konten 3
GEOGRAFI (3) cita-cita (1) (1)

Kamis, 27 September 2012

FISIP ituu

kalah dengan anak FISIP UNPAD.... :/ kesel juga.. http://megapolitan.kompas.com/read/2012/08/25/02094251/Urbanisasi.dan.Lebaran 

seberapa berbobotkah tulisan dia?

Urbanisasi dan Lebaran
Sabtu, 25 Agustus 2012 | 02:09 WIB
 
Oleh Budi Rajab
Wacana tentang arus mudik dan arus balik penduduk kota pada peristiwa Lebaran terkait erat dengan fenomena gerak penduduk.
Mudik berarti kembalinya sebagian penduduk dari kota-kota besar ke kota-kota kecil atau desa-desa, tempat mereka dilahirkan atau hidup pada masa kecil. Ritus tersebut dilakukan dalam rangka merayakan Lebaran atau Idul Fitri dengan berkumpul bersama sanak saudara dan handai tolan untuk bersilaturahim, saling memaafkan, sekaligus berlibur. Sementara balik adalah kembalinya mereka ke kota tempat mencari nafkah, bersekolah, atau berkarya dalam sektor sosial-budaya.
Namun, tampaknya ada kecenderungan orang-orang yang balik ke kota jumlahnya menjadi lebih besar ketimbang yang mudik. Hal ini karena sebagian pemudik—terutama yang berasal dari penduduk lapisan menengah ke bawah—waktu balik ke kota membawa kerabat, teman, atau tetangga yang juga hendak mengadu nasib di kota.
Dalam konteks inilah arus balik pada waktu Lebaran sekaligus menunjuk pada gerak penduduk (population mobility), perpindahan penduduk dari desa ke kota dan bertambahnya jumlah penduduk kota. Inilah bagian dari fenomena urbanisasi.
Metodis-komprehensif
Wilayah perkotaan di Eropa dan Amerika, terutama mulai abad ke-19, menjadi jauh lebih dinamis daripada wilayah pedesaan. Para pengambil keputusan pada pemerintahan yang bekerja dan tinggal di kota terus mendorong wilayah sekitar dan terdekat mereka untuk lebih berkembang dalam hal perekonomian, pendidikan formal, dan sektor sosial-budayanya.
Lantaran dorongan itulah kemudian kota tak lagi melulu sebagai pusat pemerintahan. Lalu, berbondong-bondonglah penduduk pedesaan mendatanginya untuk mencari peluang usaha dan kesempatan kerja, meneruskan sekolah, dan mengembangkan kreativitas budaya.
Taiwan pada akhir 1950-an dan Korea Selatan pada awal 1960-an juga melakukan hal yang sama. Bahkan, untuk wilayah pedesaannya dilakukan reforma agraria, penataan pada penguasaan dan pemilikan tanah supaya distribusinya lebih merata, cara produksi pertaniannya menjadi lebih efisien, dan tenaga kerjanya dapat berkontribusi secara optimal. Pembangunan kota dan reforma agraria tersebut langsung menambah gerak penduduk dari desa ke kota.
Namun, dalam rangka pembangunan ekonomi, pendidikan, dan kebudayaan di sana, negara- negara tersebut melakukan perencanaan yang metodis-komprehensif. Juga membuat berbagai aturan yang diterapkan secara konsisten. Tidak dilakukan pembatasan penduduk yang datang ke kota, tetapi pendatang mesti menaati aturan yang sudah ditetapkan, dan bila melanggar diberi sanksi keras. Karena itu, kota-kota menjadi lebih teratur dan tertib, di antaranya dalam penggunaan tata ruang dan perilaku penduduknya di ruang-ruang publik.
Terlebih dengan berlangsungnya dinamika ekonomi, pendidikan, dan kebudayaan di kota serta reforma agraria di desa, urbanisasi jadi tidak terelakkan. Bahkan, kian membesar. Akan tetapi, pemerintah pun memperoleh pendapatan yang besar dari hasil pungutan pajak, retribusi, dan pungutan legal lainnya dari penduduk kota yang bertambah tersebut. Hasil pengutan itu sebagian dialokasikan untuk membangun infrastruktur serta sarana ekonomi, pendidikan, dan ruang-ruang publik untuk pengembangan kreativitas kebudayaan dengan tetap menegakkan aturan secara konsisten.
Dengan demikian, secara historis urbanisasi merupakan gejala yang taken for granted. Begitulah yang akan terjadi dalam konteks dinamika kota.
Dalam sejarah memang terjadi juga perpindahan penduduk dari kota ke desa atau ruralisasi. Namun, itu berlangsung dalam situasi ”abnormal”. Umpamanya karena terjadinya kerusuhan atau konflik terbuka yang dahsyat di perkotaan.
Akan tetapi, gerak penduduk dari kota ke desa itu bersifat temporer: jika situasi di kota sudah pulih, mereka akan kembali. Atau ruralisasi itu dilakukan lewat tindakan represif dan koersif, seperti yang terjadi di China pada masa Revolusi Kebudayaan, yakni ketika Mao Zedong memegang tampuk kekuasaan pada periode 1960-an. Juga di Kamboja pada masa rezim Pol Pot periode 1970-an. Namun, ruralisasi yang memakai kekerasan dan paksaan itu telah menimbulkan korban jiwa yang tak terkira jumlahnya. Jutaan orang mati dan menderita, dan terjadi kemandekan ekonomi, baik di desa maupun di kota.
Wajar dan niscaya
Dari waktu ke waktu, kota-kota di Indonesia pun menghadapi kasus urbanisasi ini. Dan, itu sesuatu yang wajar, yang dimungkinkan karena terjadinya pertumbuhan ekonomi di kota, sementara di desa malah terjadi kemandekan ekonomi. Di mana ada gula, di situ ada semut! Lebaran hanyalah satu momentum dalam proses urbanisasi itu, mungkin beberapa hari setelah Lebaran penduduk yang datang ke kota sedikit lebih besar ketimbang di waktu-waktu biasa.
Hanya di Indonesia urbanisasi ini menjadi masalah. Umumnya tingkat pendidikan pendatang rendah, kurang punya keahlian dan keterampilan, serta tentunya juga tidak memiliki kapital. Pada akhirnya sebagian besar dari mereka ”terjebak” ke dalam ekonomi informal dan kerja serabutan. Di antaranya menjadi pedagang kaki lima yang menempati trotoar, taman-taman, bahkan sampai menduduki sebagian badan jalan.
Dalam hal kebutuhan permukiman, banyak di antara mereka yang kemudian tinggal di kolong-kolong jembatan, sempadan sungai, taman-taman, atau tempat-tempat kosong lain. Di sana mereka mendirikan gubuk-gubuk liar yang dihuni banyak orang sehingga memperlihatkan permukiman padat dan kumuh.
Memang, bagi kota-kota di Indonesia urbanisasi menjadi persoalan besar. Akan tetapi, itu juga karena pemerintah tidak banyak melakukan persiapan untuk mengakomodasi dan mengelolanya, seperti yang dilakukan negara-negara yang disebut di atas.
Oleh karena itu, tak usah heran—bahkan dapat dipastikan— bila mobilitas penduduk dari pedesaan ini (apakah di waktu Lebaran atau di waktu biasa) membuat kota-kota kian padat dan pengap. Kota menjadi tak teratur, dipenuhi permukiman kumuh, dijejali para pekerja serabutan di sektor informal dan ilegal, serta ruang-ruang publik yang tidak tertib alias semrawut.
Fenomena urbanisasi, pergerakan penduduk dari desa ke kota, pada masa lalu, masa kini, dan juga pada masa yang akan datang—apakah pada saat Lebaran atau pada hari-hari biasa— pasti terjadi. Jadi, pemerintah kota harus siap mengelolanya.
Budi Rajab Pengajar pada Jurusan Antropologi FISIP Unpad

Kamis, 20 September 2012

post it #just suneh

sebel, sedih, bete itu biasa.. tapi histeria itu tidak biasa!! #apadeh . ini sebabnya gw terheran-heran melihat ada orang histeria pada orang-orang atau produk-produk atau lagu atau apalah tertentu..


jam segini makin puyeng kepala. .

out yea~

how to make yourself out from sad-sidrome?
how to out from here, an go away freely?
how to make yourself laugh sincerely, and make yourself fresh and new?
how to make your destination is true yours made and be yours?

how to make it back now, now, now, now, i need it now.
i hate here, longtime bad--without cheerful...
go away, go away
one year from now, go away!

Kamis, 13 September 2012

cover for judge

10 September 2012--I filled my promise to my best friend.

Ada yang bilang elo adalah tercirikan dari apa yang lo kenakan. Ada yang bilang, don't judge a book by its cover! Ada yang bilang bahwa orang lain bersikap baik pada lo, bisa berdasarkan penampilan lo, sifat lo, atau hal-hal yang lo miliki seperti kelebihan, kekayaan, dll. Dan yang setiap orang inginkan adalah saat diri lo di'temani' orang lain bukan karena penampilan, hal-hal bersifat material, tetapi karena diri lo sendiri--elo sebagai sebuah pribadi.
Itu sebabnya kenapa sebaiknya bersikap menjadi diri sendiri itu baik (diri sendiri yang benar, dari nurani).

Beberapa hari ini, saya merasakan teman saya ini bersikap beda lagi pada saya, karena mungkin saya mengubah penampilan... tidak seramah yang dulu(?)--akhirnya saya sedikit berasumsi bahwa dia bersikap baik pada saya, karena penampilan saya. Ya, akhirnya berkat sedikit perombakan saya bisa menguji orang. Ada satu teman lain saya yang 'playboy' dan saat di kampus saya memang sengaja berpenampilan tidak rapi atau semacam tidak berpenampilan yang feminin. Lantas, suatu ketika teman saya yang suka cerita dan playboy ini, terang-terangan menghina saya karena penampilan saya (oke--dia bilang i am ugly--dan jujur sejak saat itu saya agak benci orang ini--tetapi seiring waktu saya mulai mencuekkan diri).
   Sengaja berpenampilan tidak cantik agar orang tidak melihat saya dari sisi itu. Hal konyol ya? Hanya karena ingin diakui bahwa saya adalah saya... Salah satu cara memfilter orang yang tidak tulus bersikap ke kita.
  Pada dasarnya, saya akui bahwa ini agak membuat citra saya menjadi kurang baik, sebutlah berantakan. Dan ternyata dampaknya kadang membebani. First sight other people saw me, it's bad time for my performance. -________-  *meskipun tidak buruk-buruk amat, sih.



Juga mengenai janji yang akhirnya saya penuhi pula. Syukurlah, karena saya semakin kian menggelap dengan janji yang tidak saya penuhi sendiri. *ke dunia kegelapan

Dan juga saya ingin tahu someone itu...beda sama si playboy *caelah--haha misteri banget* reaksinya, apakah dia masih akan menilai saya dari penampilan saat ia bertanya pada adek kk kelas saya setelah akhirnya rambut saya tergerai & seperti keramas jadinya karena efek pantai "kalo yang dipojok itu gimana? cantik gak?" *Meskipun akhirnya jawabannya kucel -__- hahaha  *gw kan emang sengaja kucel buat poin yang tadi gw bilang.
   adalah misteri. Menyebalkan, pintar, dan segala macam hal yang dia ketahui....siapa dia sebenarnya?

Di hari yang sama, tetap saya dia menyalahkan saya karena lamban, dan membuat saya malas membalas cekcok kata dengannya -__- gw itu perhitungan tau! makanya lama ngelakuinnya zzzz .. strategi dong!

Persaingan, orang yang agak ambisius dan ingin menang. Itulah dia.
Ya, emang bagus, sih...tapi esensinya dong. z. itu kan permainan, have fun lah~

ngomong2 tentang cover ini, hanya  1 orang itu (lain lagi) merasakan hal yang sama dan pernah tulus...tidak untuk sebuah cover. Kapan ya bertemu orang yang bersikap sama lagi seperti orang ini?

Rabu, 12 September 2012

g30 bendera merah untuk bakmi

May I?
melihat seseorang dari keistimewaannya itu memang penting. Tetapi jangan lupakan bahwa ia adalah sebuah pribadi. Pribadi yang memiliki jiwa (halah, bahasa gw), ingin dipedulikan dan mempedulikan.
Seolah membeku dalam lika-liku tanpa warna wajah, saya tak berkutik dalam kemaknaan fana. Ah, UI --sungguh beruntung dirimu dikelilingi orang-orang hebat macam dia.... apakah saya memang pantas?
Memantaskan diri, bahwa sebenarnya saya memang pantas--tetapi aktualisasi belum berjalan optimal.
  Karena ketidakteraturan, melahirkan keberantakan dan kegagalan dari segala pihak. Seperti halnya kerusakan organ pencernaan yang bisa menjalar ke berbagai organ seperti hati dan jantung. Pada akhirnya tanpa keteraturan, lambat laun mematikan.

Pribadinya.........dibalik itu dia aliran Suni. Entah apa maksudnya. Ambisiusnya, entah apa memang keinginan sendiri apa ingin membuktikan diri, tapi apapun itu dia lebih berhasil. Jauh melampaui.

Bagaimana, dalam fisik lemah ini menjadi lebih mengungguli, atau setidaknya sejajar dengannya?
Dibalik geografis yang bertolakbelakang, pemikiran yang menakjubkan (dan kadang saya kaget--entah itu memang sengaja ia nadakan dengan sok tau karena termakan gengsi?); tapi yang pasti dengan kehati-hatian dan rileks, adalah tidak mungkin menjadi mungkin.

Semakin saya tak tahu konkretnya.
 Fana atau nyata-----tapi dia adalah pribadi yang perlu diperlakukan dengan ramah, menyenangkan. Apapun menyebalkannya dia, dia tetap seorang yang butuh perlakuan itu seperti sekelilingnya.

Disamping itu, saya baru sadar bahwa masih ada kepeduliannya pada sesama-----saya kira dia sudah membeku. Di sebuah bakmi Jaksel, menyadarkan bahwa ia tetaplah manusia.

Ya, kak, jika tidak kenapa harus susah2 melakukan semua ini?

Kamis, 06 September 2012

tidak hanya disitu kok jalannya

Gedung itu saya lihat setiap hari saat SMA. Saya bertanya (dengan tidak berani) apakah bisa masuk suatu ketika? Akhirnya saat saya kuliah 2 kali itu saya dihargai. Tulisan saya masuk, dan punya kesempatan untuk ikut klub-nya :)

Gedung yang lain pernah saya injakkan kaki saya. Saya bertanya, akankah saya menikmatinya lagi? Bukan untuk sebuah jabatan, tapi untuk sebuah dedikasi--memberikan yang terbaik untuk lebih baik *halah.
Ya, saya ingin mencoba lagi masuk ke lt.6 itu. Itu keinginan saya sejak lama.... kapan? Planning akankah sekedar planning?
Saya kira akan membuka jalan ke gedung pertama.

Ah, orang itu, pelit. Ternyata banyak orang di dunia ini bermuka baik tapi tidaklah nyata.

Mungkin belum saat yang tepat karena saya malah pernah puas.. tidak, saya tidak lagi mau berpuas.
Mimpi saya harus menjadi nyata!

post iiiiit

Dengan ini saya menyatakan,

"kurang berusaha keras"
"kurang gigih"
"kurang haha, hihi"
"kurang blablabla"
"kurang beritahu identitas saya sebenarnya" *apa deh gw -_-
"kurang berpatisipasi"
"kurang bener" (karena 6 pernyataan diatas belum dibenerin)

Maka dari itu tertanggal 6 SEPTEMBER 2012, poin pertama akan BUBAR!
menyusul setiap hari berikutnya dibubarkan khalayak.

TTD
_Rin_

orang egois

a friend. I think, she's a social one. Yes, she is. But I don't know why she did it. 

Dari kenyataan barusan, saya menyimpulkan bahwa orang ini ternyata orang yang memikirkan dirinya sendiri. Suatu ketika saat saya mau ritual (ibadah) terburu-buru karena sudah mepet, saya bertemu dengannya, dia ingin banget ikut seminar tadi, tapi kayaknya gak dapet formulirnya.
Gw bilang ke dia, gw buru-buru dan mau solat dulu, ntar balik lagi. Gw tau dia pasti masih disofa itu karena ada temennya (dan temen gw juga) *feeling meeeen...haha. Untung temen sebarengan gw menyelamatkan gw, dengan pinjemin formulirnya.
Saya tidak mengerti jalan pikirannya.
Ambisius ya...hahah---tapi ambisius itu justru lebih baik dari pada ini. Intoleransi! enggak toleransi: saat itu juga kasih formulir itu ke gue! (teriak hatinya)

Dia emang gak liat apa betapa waktu itu sangat berharga? Kita tidak akan pernah tau kapan kita mati, dan dia menyuruh gw melepaskan akhirat untuk sesuatu formulir yang memang sosial sih, tapi: Tidakkah dia berpikir kalau gw mengubek-ubek tas dulu, itu membuang waktu, dan saya memang buru-buru! 

Kecewa dengan orang ini. Sangat. Saya kira dia adalah tipe orang yang memang tulus, tenyata salah--jika ada maunya ia baik pada orang lain. Cenderung ambisius. Dan tidak memikirkan orang lain.. kecewa, kecewa, kecewa, dan i was hurt.
Orang boleh berjiwa sosial. Tapi orang berjiwa sosial, yang tidak peka pada orang lain?

Ada 1 hal lagi yang membuka gembok siapa dia sebenarnya: 
saat saya mencoba untuk lebih ramah padanya karena menemani saya solat, padahal ia sedang berhalangan, dia menjawab,
"Bukan baik, tapi ADA MAUNYA."

Oke. Kartu joker tersibak.
 Dalam beberapa saat lalu, sudah banyak sikap-sikap menyakitkan dari dia. Abu-abu. Good bye, deh, lebih baik tidak usah disengat. -___-  muka dua

Kecewa. Saat identitas agama itu terbingkai diwajahnya juga. Hanyakah bingkai saja?


Powered by mp3skull.com