Dear X

konten 1
konten 2
konten 3
GEOGRAFI (3) cita-cita (1) (1)

Jumat, 06 April 2012

Semua disusupi konspirasi

Semua di dunia ini ada dalam lingkar politik. Selama ada negara, ada penguasa yang tidak tulus.
Tidak mungkin penguasa itu tidak memiliki kepentingan, kecuali ia pernah merasakan menjadi seorang rakyat yang bersusah-menderita, dan tidak melupakan itu di masa kepemimpinannya. Pemikiran seseorang bergantung dari latar belakang ia dibesarkan. Itulah mengapa dalam sebuah pernikahan “background” seseorang menjadi penting. 

Media massa Indonesia disusupi politik. Apa yang terlihat, ternyata adalah sebuah olahan antara fakta dan kebohongan: opini “hiasan” untuk publik. Terkadang media bisa dipercaya, terkadang mereka dapat membuat kita berbalik setelah tidak setuju, menjadi setuju. Karena sebuah hal yang tidak kita mengerti maksudnya. Sebuah olahan kata tingkat tinggi—yang hanya dipahami oleh orang yang intelektual—sementara sebagian besar masyarakat yang menderita adalah orang-orang yang tidak mendapatkan pendidikan layak, atau mendapat tetapi tidak mempersepsikan kalimat berita itu dengan asumsi yang benar.
Masyarakat berorasi, berdemonstrasi. Saat berdemonstrasi, dikibarkan bendera partai politik. Bukan partainya yang ditonjolkan, tetapi pemimpin partainya. Mencari kesempatan di dalam kesempitan. Akal-akalan yang penuh intrik. Bahwa beberapa orasi adalah orang-orang yang dibayar dibawah naungan politik.

Pemberitaan media lebih suka memaknai sebuah kenegatifan. Negeri ini suatu ketika akan hancur, jika terus menerus menilik dari sisi negatif. Lihatlah bagaimana Indonesia kita berdiri. Sebuah tanah yang luas, kepulauan. Tidak mampu menjaga ikan-ikan di wilayahnya. Direbut pulau-pulaunya dengan diambil sumberdayanya oleh pihak luar, dibungkus apik dengan yang bernama “kerjasama.” Melembutkan makna “kerjasama” dengan suatu istilah yang terlihat keren. Agar orang tidak tau makna sesungguhnya. Bahkan orang yang sudah mengenyam pendidikan pun belum tentu bisa memaknai, jika ia tidak tau wawasan lainnya.

Di Indonesia, seperti Atlantis jaman dulu, kejatuhan Atlantis—alasan kenapa Allah menimpakan bencana pada penduduknya.
Karena kepentingan-kepentingan busuk mempengaruhi kehidupan masyarakat.
Neoliberalisme, globalisasi, investasi, perdagangan-bebas, dan lain-lain...susupan ideologi yang sedikit demi sedikit membawa kehancuran yang ditunggu oleh negara penguasa lain. Negeri ini memang SUDAH MERDEKA, tapi tidak sebenarnya..keeksistensian sebenarnya entah ada dimana. Jika sebuah eksistensi manusia utuh adalah 100%, anggaplah begitu pula eksistensi yang diperlukan negara. Indonesia, sudah dicaplok bagaikan manusia, yang transparan—tinggal bayangan. Tangan yang ada bukanlah tangan Indonesia lagi. Sumberdaya yang ada bukanlah Indonesia lagi (dalam % , ada yang sudah diparuh-paruh). Indonesia “tidak kenyang” kini harus memparo-paro semua miliknya, digantung antara lapar dan tidak.
Bahkan jika ada 100.000 rakyat meminta pada 1 pemimpinnya. Pemimpin kini tidak bisa lagi membahagiakan rakyatnya, karena tubuhnya sudah diparuh-paruh, transparan. Ia tidak punya pilihan—tangannya bukanlah tangannya sekarang.
Adanya negara adikuasa di dunia ini adalah tidak mungkin kecuali ada kepentingan terselubung. Jika ada 1 negara menjadi negara Adikuasa, maka dunia akan dikuasainya, dan pemimpin ini bisa bilang, “Benda ini baik loh!” dan semua mempercayainya. Padahal itu adalah tipu muslihat.

Atau ada kalanya hal itu dibilang baik. Tapi negara yang dibawah pengaruh “ideologi”-nya, adalah tunduk pada kata-kata saktinya.
Sebuah penyusup maha keras itu adalah “PERANG PEMIKIRAN”.
Sebab pemikiran menciptakan perilaku guna mengambil sikap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

merci beaucoup~ :) your opinion's so valuable for me



Powered by mp3skull.com