Dear X

konten 1
konten 2
konten 3
GEOGRAFI (3) cita-cita (1) (1)

Senin, 23 April 2012

Indonesia "memang" dalam masalah

Hari ini gw jadi korban keegoisan manusia. Mending kalo kenal, lah ini orang asing, cuma satu bangsa. Semuanya berujung pada duit lagi....ah! *disaat danger gini juga. Isu BBM naik, harga pokok naik. Eh gitu gak jadi naik, harga tetep naik. Betapa tamaknya!!


Ketamakan adalah suatu bentuk egoisme.
Egoisme ingin kenyang sendiri.
Gw sering jadi korban ketamakan orang. Sakit hati? pasti. Dendam? Gw orang yang cuek men..!
Tuhan memang Maha Adil, karena doa orang teraniaya didengar-Nya.


Ada suatu kisah, 
konon negeri itu kaya raya, mulai dari daratan hingga lautan. Semua mereka miliki, asalkan mereka mencoba untuk berusaha lebih keras. Tanahnya subur membuat pohon-pohon tumbuh sangat lebat dan sangat banyak menghasilkan berbagai macam buah serta sayur. Lautnya beranekaragam warna, nuansa, isinya. Manusianya tinggal datang, lalu berbuat kebaikan sedikit (misalnya menanam pohon lalu mendapatkan buah dalam kurun waktu tidak lama, atau memancing ikan sebentar di laut, langsung dapat banyak). Semestinya kebaikan negeri itu merata, tetapi ada personal-personal yang ingin lebih unggul dari lainnya. Mereka ingin tau cara memperbanyak kekayaannya melebihi orang lain.
    Suatu ketika, datanglah seseorang dari negeri tetangga yang hidup dengan serba berkecukupan karena alamnya yang tidak sesubur negeri pertama. Zena, penguasa salah satu negeri tetangga itu melihat negeri pertama dengan takjub. Tiba-tiba muncul sebuah ide, mengganti tanah miliknya dengan tanah negeri pertama. Opsi pertama adalah menukar tanahnya, opsi kedua adalah menimbun tanah miliknya dengan tanah baru dari negeri pertama supaya lebih subur. Maka, datanglah Zena ke manusia negara pertama.
   Dengan menggunakan pakaian terbaiknya, bertatahkan permata, berlian, mutiara, tidak ketinggalan mahkota yang tiada tandingannya, ia menemui warga kota A di negara pertama. 
   "Wahai, penghuni negeri nan indah ini, penguasa kota bijaksana, pintar, lagi maha bijaksana," ucap Zena sangat manis, dengan tingkah laku meluluhkan hati siapapun yang melihatnya. "Maukah kuberitahu suatu hal yang akan membuat kebahagiaanmu berlipat-ganda?"
  "Wahai, tuan yang manis budi bahasanya, beritahukanlah kami mengenai kunci daripadanya?"
  "Sungguh kebahagiaanmu di negeri ini sangatlah kecil dibandingkan luasnya benua-benua di dunia serta samudera-samudera nan elok dimato. Adalah kebahagiaanmu sesungguhnya terletak dari menguasai dunia melalui kekayaan yang Engkau perlihatkan tahta permatanya, sehingga mereka akan tunduk kepada-Mu di kemudian hari."
   Warga kota A agak terkejut dengan ucapan Zena, penguasa negeri tetangga. Berpikir agak lama, mereka akhirnya menjawab, "Sungguh, tuan negeri tetangga, ucapanmu memang menggiurkan kami semua. Sesaat kami berpikir untuk menerima tawaranmu. Akan tetapi setelah berpikir dengan akal sehat kami, apakah gunanya memberitau seisi bangsa-bangsa di dunia ini mengenai kekayaan yang kami miliki? Cukuplah kami tidak menjadi seorang yang sombong, dan mensyukuri apa yang kami miliki kini."
  Mendapatkan jawaban tak diharapkan Zen, berargumentasi, "Bagaimana bisa kalian, warga kota A, tidak menginginkan penduduk dunia tunduk pada kalian? Sungguh pun, negeriku ingin demikian halnya."
  Menerima jawaban tersebut, barulah warga A mengetahui maksud tujuan negeri tetangga melalui perantara Zena, bahwa sebenarnya negeri tetangga iri akan kekayaan negeri pertama. Ya, si penguasa negeri tetangga, telah terperangkap amarahnya sendiri, dan tidak sadar mengucapkan tujuan sebenarnya ia datang ke negeri pertama.
  "Mungkin penduduk dunia jika tau kekayaan kami ini, akan tunduk pada kami. Namun kami tau, jauh dalam lubuk hati mereka, mereka menginginkan apa yang ada dalam tanah kami. Entah dengan cara apa suatu ketika mereka akan terus merayu kami hingga kami luluh. Zaman kuno, seringkali mengajarkan berperang, tetapi diera milenium, sebuah paham-paham terlaksana. Kapitalisme bisa saja menggerogoti jati diri kami. Andaikan kami adalah tubuh manusia, kapitalisme adalah cacing-cacing yang menggerogoti tubuh kami bagaikan daun yang dimakan ulat. Pada akhirnya hidup kami akan dalam genggaman cacing-cacing tersebut, padahal cacing tersebut lebih kecil dari kami. Sungguh kami akan malu dengan diri kami sendiri, beserta Tuhan oleh karenanya. Bukannya menguasai, dengan paham-paham memutarbalikkan fakta. Pada akhirnya ketamakan ingin diakui (dengan menundukkan penduduk dunia) akan berbalik menghujam kami sendiri."
  Zen, terkejut dengan ungkapan warga kota A. Kemudian, ia pindah ke kota B di negeri yang sama, dengan suku berbeda. Perkataan dan tata bahasa Zen, diatur sedemikian rupa dan amat lembut, sehingga terlihat bagai mulut serigala berbalut madu. Ketika warga kota B negeri pertama bertanya bagaimana gerangan cara menundukkan dunia, Zen menjawab,
    "Tukarlah atau buktikanlah kejayaan yang kalian miliki itu di negeri orang lain. Pasti kalian akan menundukkan dunia!"
   Warga kota B, tidak habis pikir maksud pembuktian itu. Akhirnya, tanpa pikir panjang, diberikannyalah tanah miliknya ke negeri lain. Sebagai percobaan, negeri Zen. Namun, Zen, sebagai penguasa tidak iingin diberikan tanah secara cuma-cuma. Sebagai cara menghasut lebih manis, ia memberikan "bayaran" atas tanah itu. Cukup untuk memberi beribu-ribu rumah di pulau Jawa. Sangat banyak.
     Akhirnya, karena warga kota B, berpikir mereka akan sangat kaya dengan uang itu, belum lagi diakui kekayaannya oleh dunia, warga kota B, terus memberikan tanah yang pernah memberikan beranekaragam buah dan sayur apik itu ke negeri Zena.
   Awalnya galian tanah tersebut meninggalkan sebuah lubang. Lama-kelamaan, semakin dikeruk, lubang semakin besar, dan pernah ada 1 - 2 orang terjelembab ke dalamnya. Namun misi menundukkan dunia tetap dilaksanakan. Akhirnya beribu-ribu orang jatuh ke dalam lubang tanah hasil kerukan yang semakin besar diameternya. Beribu-ribu orang di kota B harus menderita akibat tanah rumahnya dikeruk terus-menerus demi (yang katanya) keuntungan kota B. Dalam kurun waktu 3 tahun, hasil semua ketamakan kota B telah terlihat.
  Kota B menjadi "lebih dalam" (terjelembab) dari biasanya. Kota tidak lagi nyaman, karena tanah suburnya telah hilang. Mereka tidak tau bahwa dibawah tanah subur mereka tersimpan batu-batuan hitam mengerikan, yang terasa panas. Demi mempertahankan hidup, warga kota B, akhirnya mengorbankan kepentingan orang lain, seperti mencuri, merebut hak orang lain, dan hal buruk lainnya. 
   Keadaan negeri tetangga sebaliknya. Negerinya lebih subur berkat tanah dari kota B (yang sebenarnya melalui akal-akalan liciknya sehingga tidak etis disebut "tanah curian"--lha wong bayar kok!). Berkat tanah tersebut, warganya lebih berkecukupan, bahkan mampu menjual hasil buminya ke negeri lain,, salah satunya kota B. 
  Kota B, melihat kekayaan sebatas uang dan pengakuan yang ditawarkan dahulu tersebut, shock dengan keunggulan negeri tetangga. Pada akhirnya, setelah mengetahui asal muasal keberhasilan negeri tetangga tersebut, kota B menyesal. Namun, kini sudah menjadi bubur. Keamanannya, kebahagiaannya, kesejahteraannya, semua kebaikan dari kota B negara pertama menjadi luluh lantah--bagaikan dongeng saja. Semua hancur karena ketamakan. 


Kalau mau menganalogikan, inilah bangsa Indonesia. Tunduk pada UANG dan PENGAKUAN semata. 
Lihat konsumenrisme? Lihat budaya korupsi? Lihat investasi diberikan pada perusahaan-perusahaan milik negara atau perusahaan apapun yang sumberdayanya dari Indonesia? Lihat juga berbagai tindak kriminal di media, ataupun tindak kriminal yang Anda menjadi korban?


Kalian semua, Indonesia, adalah korban dari ketamakan diri Anda sendiri. Atau tidak jauh, KORBAN dari ketamakan (yang mengakunya) setanah bangsa, setanah air.


Membuang lagu Indonesia Raya, yang poin-poinnya hanya dimulut semata.


Siapa yang pernah bilang cinta Indonesia? Apa benar ia masih cinta Indonesia, setelah melihat orang-orangnya dimakan ketamakannya sendiri? Apa yang ia cintai dari Indonesia.


Perih, menorehkan kata tadi. Itulah realita. Diri kalian, menghancurkan diri kalian sendiri.
Indonesia kini negara miskin.
Kalau tidak percaya, baca buku eksklopedia dari negara Perancis. (seri-anak-anak) terlihat peta dunia dengan klasifikasi Indonesia masuk dalam warna negara kategori miskin.
Bahkan minyak dunia, Indonesia kedua dari bawah urutannya. Tau tidak? Secara logika, ini konyol. Banyak sekali bukti-bukti purba ditemukan di Indonesia, termasuk beragam jenis dinosaurus atau hewan mengerikan dulu. Seperti yang telah diketahui anak SD, minyak bumi berasal dari pembusukan hewan beratus-ratus juta tahun lalu. "Hewan-hewan besar ini" (semacam dinosaurus), mati karena gunung berapi--lihat Indonesia gunung-gunungnya banyak sekali dan termasuk dalam cincin api? Bukti bahwa SEHARUSNYA minyak-minyak kilang tersebar di penjuru negara ini, adalah benar. 
Lahan minyak dunia, adalah negeri dimana warganya tidak melihat orientasi masa depan, dan memilih "uang" didepan mata.


IRONI...!





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

merci beaucoup~ :) your opinion's so valuable for me



Powered by mp3skull.com