Dear X
Minggu, 27 Agustus 2017
Dialektika
Berterimakasihlah pada Plato, murid Socrates yang berkatnya kita bisa mengetahui karya-karya Plato (pemikiran, dialog, dsb).
Plato sendiri, ahli filsafat yang tidak pernah meninggalkan tulisan-tulisan.
Socrates mengadakan dialog-dialog dengan siapa saja. Metode pokoknya ialah tanya jawab; dengan kata lain "dialog" atau "DIALEKTIKA". Beberapa tahun lalu, saya pertama kali mendengar istilah ini di organisasi @ksm_eka_prasetya_ui sebagai judul buletinnya. Awalnya berpikir itu adalah nama yanh cantik, tanpa benar-benar mencaritahu apa makna dibaliknya.
Nyatanya, ternyata apa yang sering saya lakukan dengan orang-orang yang saya anggap lebih tahu dari saya, atau obrolan selintas dengan metode dialog, termasuk kedalam dialektika.
Kita tau, bahwa tanya jawab adalah suatu perkataan/konsep; dialektik adalah jalan merumuskan perkataan/konsep terkait.
Dialektik/diskusi dilaksanakan minimal 2 orang (tentu saja). Soal si A disebut "Thesis". Kemudian B membahas/mengkritik thesis; bahasannya disebut "antithesis". Thesis & antithesis ini dilakukan berulang, dan diharapkan diakhiri kesimpulan "synthesis".
Lucu juga, saya baru mau thesis. Nemu kayak ginian. Intinya, DIALEKTIKA secara pendek metodenya rangkaian: thesis-antithesis-synthesis.
Atau dengan kata lain: soal-pembahasan-kesimpulan.
Mirip urutan jawaban esai matematika atau fisika ya? Terurut or sistematis.
Sumber:
Capita Selecta.
Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan; disusun Prof.R.Slamet Iman Santoso. 1977. Sinar Hudaya.
Jumat, 25 Agustus 2017
Seni vs geografi #curhatan
jadi inget dulu pas tossaka bem fmipa ui ngambil bagian dekorasi... Dan baru tau ngedekor tu ga mudah. Tapi buat yang suka sama karya seni dan ada bakat art nya sih ga masalah mau bikin seberapalama pun (dan mendadak inget jaman smp bikin gambar senirupa pasti sengaja nyediain waktu seharian buat ngegambar). Kalo sekarang, udah lamaa bangeet ninggalin dunia seni...hikss.. Padahal, yang paling bikin bahagia itu kalo bikin dan nemuin karya seni yang indah2 💛 ga tahan buat lama2 ngamatin... Entah salah masuk jurusan apa enggak, tadinya mau DKV ITB.. Padahal dulu suka mikir desain alat2 yang aneh2 hahaha. Asal multifungsi.. Belakangan mikir pulpen multifungsi yang bisa dimacam2in. Mau ngajuin proposal ide juga gak tau kemana, dan benefitnya apa. LOL.
.
Sekarang, di jurusan ini gw masih tanya2 kira2 outputnya yang bisa dipegang itu apa selain paper. Karya seni nya dmn selain peta. Hasil analisa apa punya copyright? Apa punya hak paten? Apa ril nya yang bisa dinikmatin semua orang tanpa harus berusaha mikir "keras". Apa ril nya yang bisa bikin bahagia selayaknya karya seni cantik kalo produknya DKV?
Rabu, 23 Agustus 2017
islamic water management sedang HOT
cuap-cuapan ga jelas di status WA yang isinya bau-bau ilmiah mestinya gue taro di blog aja biar aja rekapannya..hehe. OK!
Ujung-ujungnya cuyy, emang masalah environmental bisa ditanggulangi dengan intervensi sosial--dan efektif lewat agama. Orasi ilmiah Mohamad Mova Al-Afghani, SH, LL.M.Eur, PhD menyebutkan 5 tahun buat mengubah perilaku sanitasi masyarakat yang karakternya keras seperti di Pulau Ende, yang tadinya buang air sembarangan di sepanjang pantai (we called it "the longest line of WC in the world).
Ujung-ujungnya cuyy, emang masalah environmental bisa ditanggulangi dengan intervensi sosial--dan efektif lewat agama. Orasi ilmiah Mohamad Mova Al-Afghani, SH, LL.M.Eur, PhD menyebutkan 5 tahun buat mengubah perilaku sanitasi masyarakat yang karakternya keras seperti di Pulau Ende, yang tadinya buang air sembarangan di sepanjang pantai (we called it "the longest line of WC in the world).
Sabtu, 27 Mei 2017
Masalah Seksi tentang Air
Air. Dibutuhkan semua orang. Untuk hidup. Makhluk hidup seperti hewan dan tumbuhan pun juga membutuhkannya. Bahkan khusus untuk tumbuhan, media tanam apapun asal ada air, ia bisa tumbuh.
Masalah seksi tentang krisis air negara ini sudah pada zaman 1988. Namun, sebenarnya di era Belanda pun krisis air bersih tak terbantahkan mana kala orang-orang belanda mendapatkan air bersih dari tanah, dan orang-orang pribumi malah mendapatkan air dari sungai. Ya, sungai itu mereka melakukan segala kegiatannya bercampur-baur. Mandi, mencuci, minum dll. Agak mengerikan ya?
Masalah air ini menjadi info yang seksi lagi manakala kamu-kamu semua baru sadar kalau hidup kamu-kamu ketergantungan dengan air kemasan. Semakin seksi lagi manakala kamu tahu saat air-air kemasan ini mengorbankan penduduk di sekitarnya untuk menyedot air, dan kemudian airnya didistribusikan ke kota dan dibeli oleh kamu.
Oh, kenapa kita ini tidak bergantung pada wilayah sendiri? Mandiri dengan sumberdaya air yang kita miliki?
Ya, aku lupa bahwa studi-studi menyalahkan kebutuhan air kian mendesak itu selalu dihubungkan dengan bertambahnya jumlah penduduk. Tetapi tak pahamkah, bahwa jika kita pintar manajemennya (mengelolanya) tak ada masalah. Di luar negeri saja, seperti Eropa, dilakukan pembatasan penggunaan air untuk mandi dalam waktu sekian menit. Di Jepang, industri dilarang menggunakan air tanah untuk keperluan industri.
Sekarang, mari fokus kita ke air yang ada di sekitar kita. Jadi, kamu sekarang mandi dengan air pipa olahan sungai, atau air tanah? Bagaimana kualitasnya? Kamu tahu kan, sungai kita itu keruh dan menjijikkan.. Tapi apa kamu tahu itu semua karena limbah-limbah domestik ikut andil, juga kadang karena kontribusi dari perumahan kumuh, juga karena kontribusi dari industri--bisa jadi industri tidak terdaftar, industri rumahan, maupun industri besar yang kadang-kadang (ternyata) milik para pejabat.
Ah, mau sumberdaya saja jadi takut-takut gini, ya? Cari aman saja, minum air kemasan. Pake air tanah terus. Tapi sampai kapan? Sampai kapan ini semua berlanjut.. Tidakkah kita tanya pada orang-orang yang mencemari air itu, apa bersedia bahu membahu membersihkan sungai dari pencemaran yang dibuat olehnya? Mana ada bapak pemilik industri yang rela nyebur ke sungai terus cidukin sampah-sampahnya..
"Peradaban suatu kota bisa kita lihat dari pengelolaannya terhadap daerah aliran sungainya".
Segala yang dilakukan pemerintah dan konsultan lebih suka pada assesment, tapi kurang memberikan solutif. Entah kenapa? Memang tiap orang pasti JIJIK kalo disuruh bersihin sungai. Udah bau, kotor, bikin gatel lagi! Mendingan bayar orang aja deh..
Secara gak langsung kita itu sudah diguritai oleh "kemanjaan" terhadap air tanah dan air kemasan. Air kemasan, yang berarti, kita suka pada privatisasi air. Privatisasi air yang berarti, kita setuju bahwa tanah-tanah dengan pegunungan sana dari airnya berasal dari aliran sungai, menjadi sawah tadah hujan... implikasinya pada swasembada pangan. Keterkaitan erat dengan kurang ketahanan pangan. Lalu gimana ngatasinnya? Impor?
Ah, ironi. Mau pembangunan berkelanjutan kok, ya, fakta soal air aja masih melambai. Ada gak TEORI kalo air tanah dan air kemasan bakalan habis stok, lalu kita semua disini bakalan perang memperebutkan air?
Sebelum itu, kenapa kita tidak berkumpul bersama, dan bermusyawarah, seperti layaknya orang Indonesia--yang katanya di buku PPKN senang bermusyawarah--untuk mengatasi semua ini? Banyak kepala, banyak ide, banyak bisa difilter dan dibenahi. Trial and error, layak dicoba daripada gak sama sekali.
Soal dana? Lebih mahal mana saat semua sumberdaya air sudah tercemar, kamu masih mempertanyakan dana?
Masalah seksi tentang krisis air negara ini sudah pada zaman 1988. Namun, sebenarnya di era Belanda pun krisis air bersih tak terbantahkan mana kala orang-orang belanda mendapatkan air bersih dari tanah, dan orang-orang pribumi malah mendapatkan air dari sungai. Ya, sungai itu mereka melakukan segala kegiatannya bercampur-baur. Mandi, mencuci, minum dll. Agak mengerikan ya?
Masalah air ini menjadi info yang seksi lagi manakala kamu-kamu semua baru sadar kalau hidup kamu-kamu ketergantungan dengan air kemasan. Semakin seksi lagi manakala kamu tahu saat air-air kemasan ini mengorbankan penduduk di sekitarnya untuk menyedot air, dan kemudian airnya didistribusikan ke kota dan dibeli oleh kamu.
Oh, kenapa kita ini tidak bergantung pada wilayah sendiri? Mandiri dengan sumberdaya air yang kita miliki?
Ya, aku lupa bahwa studi-studi menyalahkan kebutuhan air kian mendesak itu selalu dihubungkan dengan bertambahnya jumlah penduduk. Tetapi tak pahamkah, bahwa jika kita pintar manajemennya (mengelolanya) tak ada masalah. Di luar negeri saja, seperti Eropa, dilakukan pembatasan penggunaan air untuk mandi dalam waktu sekian menit. Di Jepang, industri dilarang menggunakan air tanah untuk keperluan industri.
Sekarang, mari fokus kita ke air yang ada di sekitar kita. Jadi, kamu sekarang mandi dengan air pipa olahan sungai, atau air tanah? Bagaimana kualitasnya? Kamu tahu kan, sungai kita itu keruh dan menjijikkan.. Tapi apa kamu tahu itu semua karena limbah-limbah domestik ikut andil, juga kadang karena kontribusi dari perumahan kumuh, juga karena kontribusi dari industri--bisa jadi industri tidak terdaftar, industri rumahan, maupun industri besar yang kadang-kadang (ternyata) milik para pejabat.
Ah, mau sumberdaya saja jadi takut-takut gini, ya? Cari aman saja, minum air kemasan. Pake air tanah terus. Tapi sampai kapan? Sampai kapan ini semua berlanjut.. Tidakkah kita tanya pada orang-orang yang mencemari air itu, apa bersedia bahu membahu membersihkan sungai dari pencemaran yang dibuat olehnya? Mana ada bapak pemilik industri yang rela nyebur ke sungai terus cidukin sampah-sampahnya..
"Peradaban suatu kota bisa kita lihat dari pengelolaannya terhadap daerah aliran sungainya".
Segala yang dilakukan pemerintah dan konsultan lebih suka pada assesment, tapi kurang memberikan solutif. Entah kenapa? Memang tiap orang pasti JIJIK kalo disuruh bersihin sungai. Udah bau, kotor, bikin gatel lagi! Mendingan bayar orang aja deh..
Secara gak langsung kita itu sudah diguritai oleh "kemanjaan" terhadap air tanah dan air kemasan. Air kemasan, yang berarti, kita suka pada privatisasi air. Privatisasi air yang berarti, kita setuju bahwa tanah-tanah dengan pegunungan sana dari airnya berasal dari aliran sungai, menjadi sawah tadah hujan... implikasinya pada swasembada pangan. Keterkaitan erat dengan kurang ketahanan pangan. Lalu gimana ngatasinnya? Impor?
Ah, ironi. Mau pembangunan berkelanjutan kok, ya, fakta soal air aja masih melambai. Ada gak TEORI kalo air tanah dan air kemasan bakalan habis stok, lalu kita semua disini bakalan perang memperebutkan air?
Sebelum itu, kenapa kita tidak berkumpul bersama, dan bermusyawarah, seperti layaknya orang Indonesia--yang katanya di buku PPKN senang bermusyawarah--untuk mengatasi semua ini? Banyak kepala, banyak ide, banyak bisa difilter dan dibenahi. Trial and error, layak dicoba daripada gak sama sekali.
Soal dana? Lebih mahal mana saat semua sumberdaya air sudah tercemar, kamu masih mempertanyakan dana?
Selasa, 21 Maret 2017
Jenis dan komponen Jurnal
JENIS DAN KOMPONEN JURNAL
OLEH : Dr. Abdul Gafur, M.Sc.
A. JENIS-JENIS JURNAL
1. Jurnal yang memuat hasil penelitian
2. jurnal yang memuat kajian ilmiah (non hasil penelitian)
3. kombinasi dari nomor 1 dan nomor 2
BATANG TUBUH ARTIKEL
a) Artikel Hasil Penelitian
-. Pendahuluan (latar belakang dan perumusan masalah)
-. Metode
-. Hasil
b) Artikel Kajian Ilmiah
-. Pendahuluan (Permasalahan, Kerangka Analisis, Sub-sub judul berisi pembahasan)
-. kesimpulan
B. KOMPONEN ARTIKEL JURNAL
1. JUDUL
-. Singkat, Padat, Jelas (max 13 kata)
-. informative, specifik, Conase
-. mencerminkan substansi/variabel karangan,
-. nama penulis tanpa gelar dibawah judul
-. nama instansi asal penulis dan alamat email ditulis di bawah nama penulis
2. ABSTRAK
-. ditulis dalam bahasa inggris dan indonesia
-. satu alenia 100-120 kata
-. abstrak kajian ilmiah berisi permasalahan dan pembahasan secara substansial
-. tujuan, metode dan hasil
-. ditulis kata kunci berisi konsep -konsep penting dalam artikel
3. PENDAHULUAN
-. Latar belakang masalah/permasalahan
-. kerangka teori
-. kerangka pikir
-. hipotesis
4. METODE
-. tempat dan waktu penelitian
-. responden dan cara pemilihannya
-. teknik pengumpulan data dan isntrumen
-. teknik analisis data
5. HASIL
-. deskripsi data (statistik, visual, verbal)
-. Hasil analisis data (statistik, verbal/naratif)
6. PEMBAHASAN/DISKUSI
-. memperkuat jika hasil analisis sesuai dengan hipotesis
-. mencari kemungkinan alasan, rasional jawaban jika hipotesis tidak terbukti
7. KESIMPULAN
-.kesimpulan berupa naratifverbal hasil temuan penelitian
-. implikasi (jika ada)
-. saran (berdasarkan hasil temuan/simpulan)
8. UCAPAN TERIMAKASIH
-. sponsor
-. narasumber
-. responden
9. SUMBER KUTIPAN
-. pastikan materi yang dikutip sumber dicantumkan dalam isi
ekonometri
ini ilmu yang sangat menarik jika dikaitkan dengan geografi.
Ekonometri adalah suatu ilmu yang memanfaatkan metematika dan teori statistik dalam mencari nilai parameter dari pada hubungan ekonomi sebagaimana didalilkan oleh teori ekonomi. Karenanya, dalam praktek, ekonometri mencampurkan teori ekonomi dengan matematika dan teori statistik. Yang perlu diingat bahwa matematika dan teori statistik hanya merupakan alat bantu dalam melakukan analisis ekonometri yang pada hakekatnya lebih merupakan analisis ekonomi.
Ekonometri adalah suatu ilmu yang memanfaatkan metematika dan teori statistik dalam mencari nilai parameter dari pada hubungan ekonomi sebagaimana didalilkan oleh teori ekonomi. Karenanya, dalam praktek, ekonometri mencampurkan teori ekonomi dengan matematika dan teori statistik. Yang perlu diingat bahwa matematika dan teori statistik hanya merupakan alat bantu dalam melakukan analisis ekonometri yang pada hakekatnya lebih merupakan analisis ekonomi.
Senin, 26 Desember 2016
GURU GEOGRAFI IDEAL (Drs. Djaljoeni)
Persyaratan yang perlu dipenuhi oleh guru geografi yang ideal:
1. Dia memiliki perhatian cukup banyak pada permasalahan manusia.
2. Dia memiliki kemampuan menemukan sendiri faktor-faktor lokatif, pola-pola regional dan interelasi keruangan yang terkandung oleh, ataupun tersembunyi di belakang gejala-gejala sosial.
3. Dia suka dan mampu mengadakan observasi pribadi di lapangan.
4. Dia secara sederhana dapat mensintesakan data-data yang berasal dari berbagai sumber.
5. Ia mampu membedakan serta memisahkan kausalitas yang sungguh, dari hal-hal yang sifatnya hanya kebetulan belaka.
Jika belum timbul, atau belum dimiliki oleh guru geografi, masih dapat dibangkitkan, dibimbing dan disempurnakan. Caranya: banyak membaca buku-buku tuntunan pengajaran geografi, membentuk kelompok studi antar guru geografi, memperhatikan wilayahnya sendiri dari segi geografis dengan bantuan berbagai dinas dan jawatan setempat. Hanyalah dengan guru geografi yang ideal dapat menjamin pemberian pengajaran yang lebih kausal daripada kausal, artinya yang lebih berfungsi merelasikan manusia dengan lingkungan daripada yang sekedar menghafalkan data dan fakta.
Sumber: PENGANTAR GEOGRAFI untuk Mahasiswa dan Guru Sekolah (1982).
1. Dia memiliki perhatian cukup banyak pada permasalahan manusia.
2. Dia memiliki kemampuan menemukan sendiri faktor-faktor lokatif, pola-pola regional dan interelasi keruangan yang terkandung oleh, ataupun tersembunyi di belakang gejala-gejala sosial.
3. Dia suka dan mampu mengadakan observasi pribadi di lapangan.
4. Dia secara sederhana dapat mensintesakan data-data yang berasal dari berbagai sumber.
5. Ia mampu membedakan serta memisahkan kausalitas yang sungguh, dari hal-hal yang sifatnya hanya kebetulan belaka.
Jika belum timbul, atau belum dimiliki oleh guru geografi, masih dapat dibangkitkan, dibimbing dan disempurnakan. Caranya: banyak membaca buku-buku tuntunan pengajaran geografi, membentuk kelompok studi antar guru geografi, memperhatikan wilayahnya sendiri dari segi geografis dengan bantuan berbagai dinas dan jawatan setempat. Hanyalah dengan guru geografi yang ideal dapat menjamin pemberian pengajaran yang lebih kausal daripada kausal, artinya yang lebih berfungsi merelasikan manusia dengan lingkungan daripada yang sekedar menghafalkan data dan fakta.
Sumber: PENGANTAR GEOGRAFI untuk Mahasiswa dan Guru Sekolah (1982).
Langganan:
Postingan (Atom)