Dear X

konten 1
konten 2
konten 3
GEOGRAFI (3) cita-cita (1) (1)

Sabtu, 21 November 2015

Shaping Your Habbits


Al qasas 77
  • Artinya: “dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”( Q.S. al Qasas : 77 )

Kebiasaan dan perilaku yang membuat kita sukses: (1)Kerja keras; (2)Tekun; (3)Ulet; (4)Teliti.

KERJA KERAS
Al Jumuah
  • Artinya : “ Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung. “ ( Q.S. Al-Jumuah : ayat 10 )
 Cara Membiasakan Perilaku Kerja Keras
a. Bekerja harus dilandasi niat yang baik. Niatkan untuk beribadah kepada Allah swt..
b. Awali suatu pekerjaan dengan menyebut nama Allah.
c. Kerjakan dengan sepenuh hati dan sungguh-sungguh.
d. Akhiri dengan menyebut nama Allah.
e. Serahkan segalanya kepada Allah swt ( Tawakal ) .


TEKUN
ar radu
  • Artinya : ” Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah AllahSWT. Sesungguhnya Allah SWT tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah SWT menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia” ( Q.S. Ar Radu ayat 11 )
Cara Membiasakan Perilaku Tekun
a. Siapkan perencanaan yang matang dalam memulai aktivitas.
b. Bersungguh-sunggulah dalm setiap aktivitas.
c. Jangan cepat putus asa dalam bekerja dan belajar.
d. Lakukanlahterus pekerjaan yang kamu senangi hingga kamu mampu mengerjakannya
e. Harus banyak bersabar dalam mengerjakan suatu pekerjaan.
f. Jangan tergesa-gesa dalam mengerjakan sesuatu.
g. Berserah dirilah kepada Allah swt.

ULET
al baqarah
  • Artinya : “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. “(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” ( Q.S. Al Baqarah ayat 155 – 157 )
 Cara Membiasakan Perilaku Ulet
Supaya terbiasa ulet dalam semua aktivitas, lakukanlah beberapa hal berikut:
a. Biasakan bersunggug-sungguh dalam setiap aktivitas.
b. Gantungkan cita-citamu setinggi mungkin, kemudian kejarlah dengan belajar yang serius.
c. Jangan cepat putus asa dalam mengerjakan sesuatu yang sulit.
d. Coba dan coba terus pekerjaan yang kamu senangi sampai kamu bisa.
e. Bersabarlah dalam berbagai keadaan.
f. Kembalikan semuanya kepada Allah sambil terus berusaha

TELITI
al hujurat-crop
  • Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” ( Q.S. al-Hujarat : 6 )
 Cara Membiasakan Perilaku Teliti
a. Biasakan rapihdan teratur dalam mengerjakan sesuatu.
b. Jangan mudah terpengaruh orang lain.
c. Lakukanlah check and recheck sebelum memutuskan suatu masalah
d. Sebaiknya hati-hati dalam segala hal.
e. Percayalah kepada diri sendiri.
f. Biasakan menyenangi keteraturan dan ketertiban.

Jumat, 20 November 2015

Penggunaan bahasa inggris yang rada "kacau"

Baru-baru ini saya membaca beberapa artikel perbedaan British English dan American English. Ternyata dari keduanya lebih benar akar dari segala budaya English yakni british English. Coba saja misalnya kita sering bilang di mall  lift (pengangkat/daya angkat) it is american, sebenarnya elevator  (it is british).

Pengucapannya lebih elegan british daripada American. Penggunaan English British pun lebih banyak, Ada 45 negara commonwealth yang menggunakan English British, termasuk negara di Eropa. Jaman saya sekolah dulu selalu disodori bahasa inggris-nya Amerika, demikian pula saat les di LIA masuknya jadi mahzab English American -____-. Wrong option? Padahal secara tata bahasa lebih mantab kalo yang English Britain, daripada Amerika yang acak adul...banyakan bahasa slangnya, idioms. English Britain juga lebih kaya kosakata.

look the difference: http://www.wikihow.com/Speak-in-a-British-Accent
or in Indonesian: http://putrisudrajat.blogspot.co.id/2013/12/british-accent.html

ada beberapa cara biar bisa jago British English:
1, Nonton film & kartun english (rekomended kartun: Charlie & Lola; recomended film: Harry Potter, chronicle of Narnia, Sherlock Holmes, etc)
2. Coba ikutan course-nya https://www.futurelearn.com . ini kuliah dari UK free alias gratis! Bisa dapet sertifikat lagi (dengan syarat dan ketentuan berlaku).

Btw english itu aksennya ada 3: British English, American English and Australian English. Recomended to look this http://magoosh.com/toefl/2015/listening-resources-for-australian-english/

For audio, you can see this http://www.elllo.org/ (saya belum cek ini british atau american atau australia).

Kamis, 24 September 2015

quote of Albert Einstein

“Jangan menjadi sukses, Jadilah berharga”

“Kreatifitas adalah kecerdasan untuk bersenang-senang (lakukan apa yang kamu senangi)”

“Jangan pernah kehilangan rasa penasaran tentang hal yang baik”

“Jika kamu tidak bisa menjelaskan secara sederhana, maka kamu belum mengerti sepenuhnya”

“Semua orang adalah special, dengan bakat mereka masing-masing”

“Imajinasi lebih penting daripada pengetahuan”

“Mempunyai Tujuan yang Jelas”

(7 gold words of Albert Einstein)

galau tulisan

Ada yang bilang kalau kita merefleksikan diri kembali, melihat tulisan sendiri beberapa bulan atau tahun lalu, dan menganggap tulisan tersebut bagus, ada kemungkinan kalau ternyata kita tidak mengalami peningkatan menulis. Sayangnya, sekarang gue mengalami hal tersebut.

Yang namanya nulis kalo ga dari pengalaman, mesti dari riset (kecil-kecilan atau yang mega). Itu supaya tulisannya berkualitas. Nah risetnya ini yang ga mudah, yang paling enak kalo udah pengalaman meriset-riset. Risetnya bisa dari data primer atau sekunder (jadi inget dulu pas kul di geo...haha). 

Begitulah..

Jumat, 04 September 2015

Tanah dan Kampung Pulo: Perbincangan anak K**

K** : UKM Universitas yang bergerak di bidang intelektual (penulisan, kajian, penelitian)

Malem Selasa, akhir Agustus. Baru aja suntuk dengan calon kerjaan baru di tempat kerja baru, dan baru aja ketemu sama sobat buat belajar, dan baru aja pamitan sama tim LM :”) dan segala kesibukan yang bikin tambah energik, jam 2 dini hari masih bangun buat nulis ini di hape (RAJIN)! Jam 10 menemukan perbincangan menarik soal tanah di grup watsaap.
Wah menarik, nih! Pikirku. Karena dulu sempat diajar dosen favorit saya, alm.Silalahi (yg sbg menteri pertahanan keamanan nasional *cek lagi*, entah kenapa berita wafatnya tidak dibombardir media), beliau salah satu orang penting di BPN.
Aku, yang selama ini mulai menjauhi “dunia serius” tertarik dalam perbincangan ini. Berikut kira-kira isi perbincangan kami (tanpa nama).












A: (jempol) makjleb
LT: by Youth Proactive, Transparency International Indonesia
P: (jempol) makjleb (2)
E: (jempol) makjleb  (3)
P: Tapi mau koreksi, setauku ga ada aturan yg menempat tanah lebih dr 20 tahun berhak atas sertifikat tanah (peace)
B: Setahuku jg ga ada yg begitu
P: Eigendom untuk org yg punya 2 kewarganegaraan ada, Mas. Tp hgb. Bukan per sertifikat. Jd ga ada sangkut paut di argumennya (menunjuk keatas)
A: iya kayanya ga ada. Kalo tanahnya emang gak jelas punya siapa, penghuni tanah yg udah lebih dari 20 tahun bisa didaftarkan kepemilikannya (bukan otomatis dapat sertifikat) dan tentunya ada syarat-syarat yg dipenuhi juga. Cmiiw
B: Nah masalahnya yg pelik, di poster2 itu mereka menekankan adanya ‘hak kepemilikan tanah’
Makanya ga mau dipindah ke rusunawa
LT: (panda) (telinga) masih nyimak
P: Bbrp org di kp pulo punya sertifikat, tp argumen mrk yg otomatis dpt sertifikat krn alasan 20 thn memang berbahaya. Bikin sertifikat mmg lama, gue pernah ketemu petani yg masih megang girik masa :, ditanya knp ga diurus “Lah pake ini masih bisa bayar kok neng. Lagian kalo mau cepet bayarnya mahal”. zz
(disini gue kepikiran pas di pekalongan dulu KL2, kenapa ga tanya soal tanah ya... jadi penasaranpadahal belum dapat matkul Perubahan Penggunaan Tanah)
ITP: Itu sumbernya tempo minggu ini ya. Bca td
LT: ditulisannya, berhak mendapat sertifikat tanah. Klo bahasa undang2nya gimana?
B: Nah itu jg faktor
A: Yang bersengketa soal kepemilikan tanah umumnya yg emang warga asli kampung Pulo yg turun temurun. Kalo warga pendatang lebih karena rusunawa plus2 bayarnya lumayan mahal
B: Kadang mereka ga mau ngurus, karena ga mau jadi subjek pajak
P: Berhak itu diatur di pasal 19 bg 2 UU PA, tp hukum ga tegas
Kadang krn dipalakin juga, Mas. Ada yg pernah kapok bikin sertifikat krn dipalak pencapil bpn 2 jt (panda melet)
Baru sekarang itu katanya proses mau didgitalisasi
B: Dan setahu saya berhak itu artinya kalo dari awal tanahnya ‘ga bertuan’ atau ga jelas, berhak diurus sertifikatnya. Bukan otomatis berhak jadi milik
P: (menunjuk keatas) tul
LT: klo kata temen, BPN di daerah itu udah kyk “dewa”.
P: Iya hahaha, Ahok jg pernah bilang mafia tanah itu BPN. Wong mrk tau kok cara malsuin sertifikat, tp kayak santai-santai aja (kucing)
A: (gambar LARASITA)
P: Gak jalan, sumpah (menunjuk keatas)
A: Program Larasita udah mulai jalan di bbrp daerah (katanya)
P: Banyak kasus sengketa tanah terjadi, baik dari industri ataupun negara, krn pendapatan tanah yg buruk. Yg kemarin di Karawang misalnya, gila gak sih tanah 70 petaninya masih ada yg pegang girik -_-
A: Jakarta ada pe, ga jauh dari daerah rumah gw masih ada yg mau jual tanah ga punya sertifikat
P: :’ :’ :’
A: Tanah di bantaran kali dibilang tanah negara. Tanah terminal aja banyak dibikin mal haha
IB: [Tanah JAKARTA]
B: Belum lagi soal luasan dan batas tanahnya jadi ga jelas kalo asal otomatis aja.
Dan soal pemalakan, yah harus diakui, emang suka ada oknum yg main2
LT: Jakarta Ora Didol
B: Ga dijual kok ngit
‘diemplok’
LT: K** bisa apa nih bt bantu?
L: Jgnkan kp. Pulo, rumah2 or apartemen aja sk cm HGB aja,, without SHM,, juga mgkn perlu dicek lg apa sesuai dg RTRW daerah situ *maaf kl rada ga nyambung Xp
P: (menunjuk keatas) (jempol)

Mendadak aku jadi pengen nulis soal tanah, deh, dari perspektif geografi. Meskipun dulu sempat mental bikin buku profil pertanahan di PPN B******* , kalah dari anak planologi ITB, gak bakal menyurutkan aku buat menulis soal tanah. Tunggu kabar selanjutnya, ya! Lagi diracik! *emang masakan? :p

Kamis, 27 Agustus 2015

Buku Petunjuk Pendidikan Politik Sejak Dini ( H. Mahrub Djunaidi )



Tulisan ini saya salin ulang karena saya anti main politik. Hahaha. Entahlah suatu hari akan menjilat ludah sendiri atau enggak. Hidup memang dinamis, bukan?

Kadang saat sudah berumur 23 tahun, harus kembali mengingat-ingat perasaan sewaktu muda dulu, bagaimana pemikiran-pemikiran di benak anak muda, apalagi berbau politik. Kalo bisa dibilang saya dulu sangat apatis. Sangat. Justru tulisan dari H. Mahrub Djunaidi dari buku “Humor Jurnalistik” terbitan 1986 dibawah ini sangat menohok saya (jadi saya....??? WT*!). Karena tulisannya cukup panjang, bacanya dibagi 6 aja ya, waktunya—bisa bagi waktu kan Anda? :p


“Buku Petunjuk Pendidikan Politik Sejak Dini”

Apabila seorang anak sudah duduk di kelas 5 Sekolah Dasar, paling lambat di kelas 6, ajaklah dia ke Kebun Binatang. Begitu menginjak pintu gerbang segera bisikkan di kupingya, “Kamu tidak mau dijebloskan ke dalam kandang seperti makhluk-makhluk itu bukan? Nah, jadilah kamu manusia yang paham politik. Manusia yang tidak berpolitik itu namanya binatang, dan binatang yang berpolitik itu namanya manusia!”

                Mungkin pernyataan ini akan membuatnya heran dan bertanya-tanya. Tak jadi apa. Memang begitulah cikal bakal pertumbuhan pengetahuan, filsafat dan pribadi, diawali dengan pelbagai rupa rasa keheranan dan rasa ingin tahu.

                Agar supaya memudahkan, paling utama berhentilah barang setengah jam di depan kandang monyet. Monyet jenis apa saja pun, jadilah. “Kamu lihat monyet yang paling besar dan paling beringas itu? Dialah kepala, pemimpin monyet-monyet lain di kandang itu. Dia menjadi kepala dan menjadi pemimpin itu, bisa disebabkan beberapa faktor. Bisa karena dia paling tua, bisa juga karena paling pintar. Tapi yang jelas karena dia paling besar, paling kuat, paling perkasa, paling mampu membanting monyet-monyet lainnya yang tidak menurut. Alasan takutlah yang membuatnya bisa menjadi pemimpin. Monyet tidak pernah kenal sistem pemilihan seperti halnya bangsa manusia. Ini kedunguan warisan.”
***
Dari situ mampirlah ke Kantor Pajak. Suruh anak itu berdiri tegak bagaikan batang kerambil, pejamkan mata dan pusatkan perhatian. Bisikkan perlahan tapi pasti, ke lubang kupingnya, “Inilah kantor yang minta-minta ongkos dari hasil keringatmu. Bahkan kamu buang air besar pun ada tarifnya. Dari uang setoranmu yang terkumpul itulah, yang bisa membikin Pemerintah dengan segala peralatannya bernapas, melangkah, bahkan mengaturmu. Jika misalnya jumlah yang terkumpul itu kurang membuatnya leluasa, selebihnya diambil dari jual batu-batuan dan cairan yang berasal dari dala bumimu, tidak terkecuali dari lautmu. Jadi, kamu itu penting dan menentukan. Jangan merasa jadi kecoak! Kamu tidak mau setor? Pemerintah akan jadi gembel dan duduk bersimpuh di perempatan jalan. Akibatnya bisa panjang juga. Ada memang orang bangsa bule di negeri nun jauh di sana, namanya Henry David Thoreau. Entah karena jengkel atau oleh sebab lainnya, orang bule ini berseteru supaya orang-orang jangan bayar pajak. ‘Apa sih pemerintah itu?’ katanya. Kalau ada orang yang setahun sekali muncul di ambang pintu rumahmu dan minta duit pajak, itulah yang namanya Pemerintah. Dia berseteru supaya dilakukan civil disobedience, pembangkangan sosial. Ini hanya contoh lho, jangan kamu tiru. Yang penting kamu mesti tahu bahwa penduduk suatu negeri itu punya harga, bukan seperti kecoak, karena dia memberi nafkah kepada Pemerintah, supaya Pemerintah bisa berdiri di atas dengkulnya, tidak terkulai. Paham kamu?”

***

Sesudah itu tuntunlah si anak melihat-lihat Kantor Pemeritah Daerah. Boleh pilih: Walikota bisa, Bupati bisa, Gubernur pun bisa. Beritahu dia, jadi pejabat Kepala Daerah itu tidak bisa semau-maunya. Ada batas waktu sekian tahun. Lagipula buat apa lama-lama? Penduduk saja bisa bosan. Mereka itu tidak bisa jatuh begitu saja dari langit, melainkan lewat pencalonan yang namanya Dewan Perwakilan Rakyat Tingkat Daerah.

“Asal kamu tahu saja, yang namanya Menteri Dalam Negeri memang bisa saja mengangkat orang yang kalah dalam pencalonan bahkan di luar calon sama sekali. Tak usah kamu banyak tahun dulu, karena memang begitu aturannya. Lalu, yang banyak kursi seperti gedung bioskop itu apa? Oh, itu namanya Dewan Perwakilan Rakyat, tempat para anggotanya bersidang. Mereka itu memiliki kamu, kalau kamu nanti sudah cukup umur untuk ikut Pemilihan Umum. Itu hakmu dan bukan kewajiban. Teori membedakan mana hak dan mana kewajiban ini penting, sebab banyak orang yang sudah tua bangka suka keblinger.”

Jika si anak bertanya, apa semuanya itu dipilih, cukup bilang “tidak”. Dan jika dia terheran-heran, jawab saja, “Nanti kamu akan tahu sendiri.” Bisa juga terjadi, dia bertanya apa sebab antara Pemerintah dengan Dewan berada dalam satu atap, katakan, “Itu Cuma soal teknis, supaya orang Pemerintah tidak capek mondar-mandir. Lagipula, Dewan Perwakilan itu menurut Undang-Undang yang berlaku, merupakan ‘perangkat’ Pemerintah Daerah.” Cukup penjelasannya sampai situ, kalau panjang-panjang bisa bikin bingung.

Tidak ada salahnya bersiap-siap menghadapi pertanyaan yang menyangkut soal Pemilihan Umum atau siapa saja pesertanya. Berilah jawaban yang sesederhana mungkin, yang mudah mereka tangkap. Bilang saja bahwa Pemilihan umum itu boleh memilih tanda gambar peserta yang mana saja. Ketentuan ini berlaku juga buat pegawai negeri. Anak cerdik mungkin akan mengajukan soal mendadak. “Mengapa organisasi peseta cuma tiga, bukankah konstitusi sebagai induk seluruh undang-undang memperbolehkan kemerdekaan berserikat dan berorganisasi?” (Perlu diketahui tulisan ini dibuat tahun 1981). Menghindarlah dari jawaban, sebijak mungkin, asal jangan kentara menggelapkan sesuatu. Anak-anak sekarang, berkat gizi dan pengamatan lingkungan dengan mata kepala sendiri, jangan sekali-kali dikecoh. Dia akan segera menertawakan kita, seakan-akan kita ini seorang pelawak sirkus yang sudah dia pikir dan hilang dari peredaran.

***

Serentak hari panas dan matahari sudah menggantung diatas ubun-ubun, ajaklah dia pulang dulu dan beristirahat. Antara “mendidik” dan “memaksa” terbentang jarak yang amat lebarnya, ingat itu baik-baik. Kalau—ini kalau, lho—kebetulan lewat Kantor Kelurahan, boleh juga sambil lalu diterangkan ala kadarnya ihwal apa itu Lurah. Bilang kepadanya, bahwa dalam garis besarnya ada dua macam Lurah atau Kepala Desa. “Ada yang ditunjuk begitu saja seperti kita menunjuk jenis permen yang berkenan, dan ada yang lewat pemilihan oleh penduduk. Yang disebut belakangan ini biasanya terjadi di desa. Ada yang lewat pemilihan murni dan ada pula yang lewat pilihan yang ‘dipersiapkan’. Syukur kalau dia tidak memerlukan penjelasan lebih lanjut, apa maksudnya ‘dipersiapkan’. Jika nyinyirnya sudah tidak tertahankan, jawab saja bahwa penjelasannya lain kali, berhubung perut sudah lapar. Perut lapar membuat pikiran jadi buntu.”

Taruhlah ada waktu luang dan cuaca sesuai benar dengan ramalan Direktorat Meteorologi dan Geofisika—persis tidak meleset walaupun cuma setetes air—maka tuntunlah anak itu ke gedung museum, andaikata di kota domisili ada museum dalam makna lumayan. Sekali lagi, itu andaikata! Sebab, pada jaman sekarang ini, pikiran orang sudah terkuras habis untuk membangun hotel, rumah bola sodok, lapangan golf, tempat mandi uap dan panti pijit, serta diskotik, sehingga nyaris tak ada sisa buat membangun museum. Karena itu jika di kota domisili ada gedung museum, tidak ada aibnya bertepuk tangan sambil melompat-lompat.

Begitu kaki menginjak gerbang, katakanlah kepadanya bahwa dia bukanlah makhluk yang mem-brojol begitu saja dari lubang batu, melainkan merupakan mata rantai dari rentetan sejarah panjang ke belakang dan jauh terentang ke depan entah diaman batasnya. Setolol-tolol orang adalah mereka yang tak tahu apa itu sejarah, dan sehina-hina orang adalah mereka yang memalsukan sejarah, mengerikitnya seperti tabiat busuk makhluk tikus. Perbuatan macam itu selain akan jadi bahan tertawaan, juga sia-sia saja. Sang sejarah sendiri yang perkasa, akan menjatuhkan batu besar ke kepala hingga luluh lantak jadi bubur.

“Kamu punya buku pelajaran sejarah wajib di sekolah, bukan? Ketahuilah olehmu, setiap yang namanya ilmu itu—tidak terkecuali sejarah—harus siap dan rela diuji serta dipertanyakan benar atau tidaknya. Jangan kamu telan begitu saja seperti sebutir kacang. Ragu-ragu itu suatu langkah yang mesti ditempuh, jika kita mau sampai ke keyakinan yang tak tergoncangkan. Barangkali gurumu akan tampak gusar jika kau kelewat sering mengajukan pertanyaan yang kurang biasa—percayalah—gusarnya itu Cuma gusar formal belaka, sebagaimana pantasnya ditunjukkan oleh seorang pegawai negeri. Belum tentu sampai di hati. Bisa jadi dengan diam-diam, dia membenarkanmu, mudah-mudahan. Hati bercabang, rohani retak, sikap ganda; sedang menjadi musim, seperti halnya musim rambutan. Pendapat hati dan pendapat perut punya gardu masing-masing.”

***

Sekali tancap, dari museum langsung mampir ke rumah gadai. Berbeda dengan museum, rumah gadai terdapat di setiap kota, bahkan satu kota sering punya lebih dari rumah gadai. Mengapa tidak memperlihatkan bank? Rumah gadai lebih mudah dijangkau, bisa dilihat dengan mata telanjang, tidak terlalu banyak menyimpan rahasia yang sukar ditembus. Tapi yang penting, rumah gadai itulah pencerminan sejati lapisan terbesar penduduk kita, yaitu rakyat kecil, yang pada suatu pagi—begitu bangun tidur—tahulah dia bahwa tidak ada uang sepeser pun di kantong.

Pergi ke bank? Peraturan bank yang begitu ruwet akan menambang pening kepalanya dua kali lipat. Maka pergilah dia ke rumah gadai membawa barang jaminan yang melekat di badan. Bisa berupa kain batik, atau liontin peninggalan nenek moyangnya. Berjuaya penduduk setia berhubungan dengan rumah gadai, bukannya bank, karena itu arahkanlah pandangannya ke bawah, bukan ke langit. Jangan ke mobil sedan, melainkan ke bus metromini yang para penumpangnya senantiasa berdesak-desakan sambil ber-“olahraga leher”, terbungkuk-bungkuk karena terpaksa.

“Bapakmu punya mobil yang dibeli dari hasil gaji dan keringatnya sendiri? Betul? Tapi yang seperti Bapakmu itu bisa dihitung dengan jari kaki. Menegertikah kamu apa yang disebut ‘sistem’? Mungkin masih samar-samar, tak apa. Nah, jika sistem ekonomi salah, maka buntutnya bisa panjang. Misalnya, yang mestinya bukan pedagang malah berdagang. Yang mestinya pedagang malah tidak bisa dagang. Yang mestinya sekolah malahan main di comberan. Semua itu akibat sistem yang salah.

Pernah mendengar tentang hak asasi? Tentu pernah, walau mungkin hanya samar-samar. Itu penting kamu ingat-ingat mulai sekarang, karena hak asasi itu merupakan harta bendamu yang paling berharga. Jauh lebih berharga daripada rumahmu, sepedamu, sepatu roda dan bola tendangmu, digabung menjadi satu. Sekarang barangkali belum begitu terasa arti pentingnya, tapi kalau sudah dewasa kelak, dia akan merupakan suatu taruhan. Bisa membuatmu jadi seperti seekor cacing.

Supaya lebih jelas, dengarkan baik-baik. Kamu punya hak asasi untuk mengeluarkan pendapat, punya hak asasi berkumpul dengan sarjana orang yang sepaham, punya hak asasi apakah kamu mau berjongkok, atau menungging, sepanjang tidak membawa malapetaka bagi tetangga.

Mulai sekarang harus kautanamkan ke kepalamu bahwa hak asasi itu sama pentingnya dengan sepiring nasi. Bisakah kamu enak tidur tanpa melahap nasi sepiring pun? Tak seorang pun, sekali lagi tak seorang pun, yang diperbolehkan merampas hak itu dari dirimu. Begitu hakmu itu terampas, kamu bukan lagi manusia, melainkan semacam segumpal asap.”

***

“Besar kemungkinan, bapakmu di rumah suka menyebut-nyebut istilah yang namanya ‘warisan’. Jika yang dimaksud ‘warisan’ itu beruapa benda, entah rumah, entah truk, entah kebun kelapa sawit, atau mungkin berupa utang yang mestinya dibayar oleh bapakmu, itu bukan urusan. Itu memang ada hubungannya dengan hakmu, hak ibumu, hak kakak serta adikmu. Tidak ada orang yang perlu mencampuri, karena aturan-aturannya sudah tersedia. Tapi kalau bapakmu—siapatahu—menyebut-nyebut tentang ‘warisan nilai-nilai’, maka ini soalnya sedikit lain.

Seperti halnya uang logam ratusan, nilai itu punya dua sisi yang berbeda satu sama lain. Ada nilai yang bagus, tapi ada juga nilai yang jelek. Sejak sekarang kamu mesti melatih diri untuk memisah-misahkan, mana nilai baik dan mana nilai yang buruk, culas, serakah, serigala, ular kobra, maupun kucing garong. Bilang kepada dirimu sendiri serta juga kepada bapakmu, bahwa kamu cuma punya bakat mewarisi nilai-nilai baik dan alergi terhadap nilai-nilai kaleng gombreng. Jika bapakmu itu pikirannya waras, dia akan bersenang hati serta merasa bangga, dan langsung mencium jidatmu. 

Bapakmu berlangganan koran? Aneka macam koran? Itu bagus. Masa bodohlah apa koran itu dibelinya atas pilihan sendiri atau langganan wajib lewat kantornya, pokoknya koran. Biasakanlah banyak membaca, termasuk membaca surat kabar ini. Kamu harus berusaha agar kesenanganmu membaca koran sama dengan kesenanganmu makan rujak. Tapi, membaca surat kabar pun jangan asal membaca. Langkah apapun yan serampangan, tidak bagus. Pakailah daya menimbangmu semaksimal mungkin. Jangan sala suap dan asal telan, nanti ketulangan.”
Kompas, 10 Maret 1981

***

Rabu, 26 Agustus 2015

Tentang gue

Ehem, judulnya agak egois ga sih? Tentang gue. Ya, gue gak terlalu mengenal diri gue sendiri, bahkan sahabat-sahabat gue menganggap gue unik, dan gue masih bertanya-tanya hingga gue menonton film bareng salah satu sobat kuliah gue di Penvil abis wawancara *ga penting banget sih gue ceritain sedetail ini..hehe*. Judul filmnya INSIDE OUT.

Mari gw spoiler kan. *evil*
Baiklah karena gue ga mau jadi super evil, gue cuma bikin 3 kalimat aja. Intinya, setiap anak itu diberkati apa yang namanya perasaan baik senang, sedih, marah, jijik, takut (yang disorot ditokoh utama ini)--masing-masing punya karakternya kalo mengalami suatu kejadian, akan memberikan respon seperti apa. Disitulah ceritanya dimulai, yakni seorang anak perempuan dan karakter perasaannya di dalam otaknya yang ditokohkan dengan amat sangat lucu! Ayoo nonton!! HAHAHA --> spoiler ga niat.

Setelah itu, gue merasakan bahwa apa yang gue alami selama ini sama sekali jarang ngerasain yang namanya warna-warni perasaan semacam itu. Kenapa? Inilah yang mau gue cari di Tentang Gue.

Dulu, pas TK sampai SD, gue seneng banget berinteraksi--bercanda maksud gue--sama pembantu gue. Namanya Mbak War (artinya perang. Percaya? Canda doang gue...wkwkwk). Saking bercandanya gue ketawa gak ada abis-abisnya kalo sama dia. #emosi senang# long time ago.

Dan gue mendadak ditinggalin gitu aja tanpa dikabari. Ternyata gue baru tau kalo dia berobat ke kampungnya di Wonogiri. Belakangan gue tau kalo Wonogiri itu *klo ga salah* kampungnya Pak Harto. Gak nyambung sih. Skip. Haha. Disitu karena gak dikabarin gue jadi kehilangan rasa gitu jadinya demam sedih#.

Mana waktu di SD gue anak yang pendiem, soalnya takut-takut gitu berinteraksi sama yang lain. #emosi takut# Takut yang gak bisa gue jelaskan, ya gue takut aja. Untungnya gue pas SD pinter, jadi banyak yang deketin gue..hahaha (dasar). Tapi beberapa anak aja sih... meskipun gitu gue gak pernah ngasih contekan sampai jamannya kuliah.

Jadi gue benci sama yang namanya ditinggalin sejak kejadian Mbak War itu kayaknya. Karena gue takut ditinggalin, jadinya gue takut juga memulai hubungan (berteman), karena abis berteman pasti ada yang namanya ditinggalin (berpisah). Itu bikin sedih.

Namun pas SD, gue punya 2 sahabat, namanya Theresia dan Sasa. (Miss u so much, where are you guys? I hope u r happy now. We're lost contact). Pas SMP gue ketemu sama Theres di LIA gitu, gue nya malu-malu ngehindar...hahahah bego banget ya! Abisnya udah kehapus sebagian ingatan kebersamaan gitu. Kalo sekarang diinget-inget lagi ternyata banyak kenangan...hikshiks. Kalo sama Sasa, gue ketemu lagi pas SMA di mall cinere gitu. Dia gaol banget, hahaha.. emang dulu udah gaol juga sih dia :D bangga punya temen anak gaul. Kalo gue sih 1/2 gaul kata temen SMP gue. Hahahaha *bodo amat. Yang penting eksis pas SMA.










Oh, ya, dulu pas SMA gue dapet 3 nominasi.. dan (sialannnya) dapet "termisterius", apa, sama apa gitu.. *lupa, sorii yaa...hahaha. Jadi gue termisterius itu sebabnya karena gue orangnya ga terlalu ngebuka diri pas SMA dulu, meskipun gue punya sahabat-sahabat dan temen-temen yang baik sama gue. Gue dibilang unik, sama Erita juga karena gue punya pemikiran sendiri. Kalo sekarang sih, abis kuliah, rasanya jungkir-balik, pusing nyari kerjaan...hahahah (doain ya ketrima di WS).

Ohya, balik lagi ke topik. Tentang Gue itu, maksudnya tentang emosi gue yang sempet hilang bertahun-tahun.
Jadi orang lain kalo biasanya sedih, seneng, jijik, marah, gitu-gitu, gue biasa aja. Gak ada emosi. Lucu kan? Pas dulu SMA kelas 1 masanya anak-anak sangar--cowo Gazper ngebentak anak-anak X5 (kelas gue) yang cewek-cewek turun ke lapangan, temen gue ada yang nangis, gue biasa aja. (Mungkin karena faktor X , pas SMP sempet ada masalah rumah tangga di rumah...hehe, jadi sering dimarahin ceritanya--udah biasa).

Nostalgia ke masa SMP, gue sering sedih dulu. Kecuali pas di LIA, gue dapet temen yang sama-sama gilanya. Namanya Rani. Kalo sama dia, gue bisa ketawa lepas sama kayak ke Mbak War. Sama-sama suka ketawa brisik, dan ngakak..hahahah

Pas kuliah gue ketemu temen yang bisa asik juga, adek kelas anak sastra Indo, pas ada kerjaan di fasilkom ketemu, gatau ga bisa berhenti ngakak...dan bercanda. Hahaha. Lucu deh!

Pas kuliah di geo gue pasang tampang beku, di luar gue cair kayak es krim. Aneh kan? Gue sering kayak gitu. Jadi biasaya gue lebih supel ke temen di tetangga jauh daripada di kelas sendiri. Misalnya pas gue di kelas X5, gue sering mainnya malah ke X3. Emang ga selalu sih, tapi sering...hehehe

Gue kangen masa SMA, sama masa kuliah gue deh. Bener dulu kata Pak Edi pas SD mau perpisahan, nanti kalau ketemu lagi udah pada cantik-cantik, ganteng-ganteng...hehehe.

Emosi gue kayaknya mesti diasah lagi abis nonton INSIDE OUT. Gue dulu belajar jadi orang yang menahan emosi sih. Teman-teman, jangan ngelakuin kayak gue ya, nanti bisa berakibat fatal kayak kalo pake rokok---nagih, terus ga bisa balik deh! Tapi ini gue masih taraf standar, bisalah buat balik...hihi

Thank a lot udah baca-baca tulisan aneh bin ajaib ini! :)






Powered by mp3skull.com