"batas-batas kesopanan" tidak sama artinya dengan "kerespekan atas dasar ketulusan pada orang lain."
ada beberapa momen yang mengingatkan ku tentang ini. Hanya berupa poin sajalah~
*orang turun bikun tanpa mengucapkan terimakasih. Kenal supir aja enggak, padahal tiap hari ketemu--bahkan hal sepele macam itu saja terabaikan pada masa kini
*orang kehilangan sebuah barang sangat berharga, tidak ada yang berniat (apa lagi bergerak) membantu mencarinya. Padahal orang yang bisa aja membantu sedang "free time." --> antara melihat orang bersangkutan itu adalah orang yang respek-kah atau masa bodoh? (itu urusan lo, gak ada hubungannya dengan gue). indikator tulus enggaknya orang juga ternyata. Atau faktor kedekatan dengan orang yang kehilangan.
*orang yang sakit, tidak minta dijenguk sih (meski di hadist nabi adalah hak orang yang sakit untuk dijenguk, sama halnya dengan orang yang meninggal dilawat). Setidaknya mengucapkan "semoga cepat sembuh" kadang justru berarti banget, apalagi disaat downnya orang tersebut. Hal-hal sepele ini hanya terpancar pada orang yang tulus dan care pada orang lain.
*orang yang seenaknya alias belum kenal deket, udah pake gesture asal menggunakan kontak fisik. Ini minta dicincang #eh
*orang yang gak nyadar udah tau temennya sibuk, bukannya dibantuin ngerjain tugas sekelompoknya. Temennya sekarang sampe sakit. Nyadar gak tuh orang?? ini termasuk kategori orang jahat ringan apa orang gak peka atau gak respek sampai-sampai bisa tergelincir masuk kategori menganiaya orang (secara tidak langsung).
*orang nyolot maksa minta duit --siapa lagi kalo bukan pengamen yang kadang suka rese' (meskipun gak semuanya sih).
*dll.
kamus bahasa Indonesia, arti kata tulus adalah “sungguh dan bersih hati
(benar-benar keluar dr hati yg suci); jujur; tidak pura-pura; tidak
serong; tulus hati; tulus ikhlas”.
Lalu bagaimana tersenyum dengan tulus?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
merci beaucoup~ :) your opinion's so valuable for me