When I was kindergarten, i awore something. What is my aim for life? Apa tujuan hidupku?
Buat apa aku hidup dan semacam itulah. Perlahan, aku semakin merasa hilang arah karena tak kunjung menemukan jawabannya hingga kini.
Yang ditanamkan sejak dulu, yang kutau pasti dan amat sangat general adalah: Kita, sebagai manusia, punya tujuan hidup di bumi, untuk menjadi seorang khalifah-Nya. Hidup untuk menyembah Allah. Hidup untuk tujuan akhirat.
Benar, dan entah bagaimana caranya aku berorientasi untuk itu. Dalam konteks agama, tentu saja.
Kita punya insting, punya feeling, bisa membedakan yang benar dan salah. Artinya juga bisa membuat keputusan besar dengan BIJAK.
When I asked my parent about what is function i was school from elementary until now, she answer: for work.
Jadi tujuan gw dengan semua kepenatan, kegigihan, ketekunan, ke"getu"an gw dari SD, SMP, SMA...semua rangking, piala, dan segalanya rasanya entah kenapa tidak ada artinya lagi. Bekerja, konteks disini adalah bekerja disebuah corporation. Seorang pegawai atau karyawan, atau bahasa kasarnya buruh.
Ya, aku tidak puas.
Tapi,
Aku belum cukup pintar untuk menampik ketidakpuasan itu.
I don't like crumpled my knee.
Hari ini merasa pusing. Very much tasks..from my college and my job -_- Lantas tidak masuk lagi, dan akhirnya mencoba lagi mengetuk-ngetukkan jari lagi ke tuts piano (untunglah jari yang keserempet waktu itu masih bisa bergerak).
Alunan musik membuatku membayangkan bertahun-tahun lalu, saat entah mereka membesarkanku atau tidak. Mereka bilang sebenarnya aku lebih berbakat dari kakakku. Tapi kenapa, apakah aku dibohongi?
Aku masih berpikir saat aku masih SMP, tangan-kertas-pensil, tidak pernah jauh karena akulah penggambar. Jauh kemudian setelah SMP, hingga kini tidak pernah lagi serius menekuni.. hanya lagi-lagi bermain dengan menggambar gambar. Tangan ini tidaklah sadar ia kaku atau tidak. Namun kemarin, saat aku kesal karena sebuah tugas metode kuantitatif harus mengulang lagi dari awal SENDIRIAN (partner gw gak ngerti, dan kelihatannya tidak mencaritau untuk membantu--itu cukup membuatku agak muak), aku mencoba menggambar lagi. Karena mengingatkanku pada sesuatu, yang tentu, dia seorang manusia .
Temanku memintaku menggambar dosen, dan aku agak merasa aneh--bagaimana bisa gambarku yang hanya corat-coret gak rumit dan amat sangat sederhana bisa mirip banget sama dosen tersebut. Sorot matanya pun sama.
Hidup itu mirip dengan jari-jari kita saat bermain piano. Jika ragu-ragu, akan terpeleset dan menghasilkan nada yang salah. Kalau yakin, melodi bisa saja menjadi indah atau tidak--tidak jika pilihan kita tidaklah terlalu tepat.
Pada akhirnya hidup kita bisa tertulis dalam sebuah lagu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
merci beaucoup~ :) your opinion's so valuable for me