Aku hidup dalam sebuah kota.. Kota batu
Terang benderang adalah fana yang ternyata memiliki kerugian di sisi lain. Dampak lain dari sebuah energi, bisa menyusahkan bertahun-tahun kemudian
Benderangnya kota membutakan
Bahwa sebenarnya kita hidup di sebuah kota batu
Kota metropolitan, kota-kota sekitar, kota-kota lain
Semua pembangunan.
Semua orang tau pembangunan merugikan, tapi kita butuh, maka laksanakanlah
Kota-kota batu
Saat seseorang membuang sampah organik, tidak akan lagi terurai.
Batu ini bukanlah batu-batu alami, sayang
Ini aspal. Ini semen. Ini semua sudah dicampur
Buanglah semaumu diatasnya, pasti esok hari belum tentu hilang. Lihatlah nanti lalat-lalat itu, dan jika sempat, cobalah melihatnya dari mikroskop
Kota batu, dimana kamu butuh alas kaki kemanapun kamu pergi. Atau sakit meraja. Sakit bahkan hanya beberapa langkah saja kamu berjalan.
Kota batu, dimana kamu bisa meludah, tapi tanah tak akan menyerap. Ludahmu akan mengendap, dan menjadi penyakit lain.
Kota batu, dimana air pun ditentangnya! Aspal, membenci air, dan sebaliknya. Mereka berperang. Air lagi-lagi memiliki musuh selain plastik yang tak berpori. Malangnya air!
Entah berapa jauh air-air tetesan hujan yang terpisah dari water table, bahkan air bawah tanah sekalipun.
Saluran air tertutup semen-semen pembangunan. Batu-batu seenaknya mengusir air!
Air diam saja, ia cemas sebenarnya, takut kalau-kalau ia tidak bisa mengalir kembali bersama kawan-kawannya di laut. Atau setidaknya ia takut kalau-kalau ia tidak bisa menyelusup ke tanah, dan berkumpul dengan kawan-kawannya di bawah tanah. Ia bosan terus berevaporasi, berevapotranspirasi--ia kadang ingin mengakhiri perjalanannya di bawah saja. Agar kelak berguna untuk makhluk hidup yang butuh air.
Kota batu, sungguh terlihat apik.
Dibaliknya, entah apa yang dirasakan hewan lain yang bergerak diatasnya.
Kaki seekor kuda delman, meski sudah bersepatu, akan terketuk sepatunya lebih kasar daripada di tanah.
Kaki seekor kucing, anjing, tikus, kodok, pasti merasakan hawa lebih panas pada batu dibandingkan di tanah apabila siang hari mereka terpaksa berjalan menyeret-nyeret kaki diatas aspal batu.
Tanah tidak lagi berguna di bawah aspal ini.
Tanah dinomorduakan, aspal batu di-anak emas-kan!
Enaknya, manusia berlalu lalang dengan alas kaki lebih kuat.
Enaknya, manusia, kemana-mana menggunakan kenyamanan kendaraan, entah sepeda, mobil, motor, helikopter, pesawat, dll.
Enaknya, manusia tidak merasakan penderitaan mereka.. Yang seperti pengemis, lebih buruk karena merogoh-rogoh sampah guna memperoleh makanan. Bahkan kadang ditutup bak sampah demi alasan kebersihan..
Air yang mereka minum belum tentulah lagi air bersih.
Air genangan bekas hujan, terinjak manusia, yang beralas kaki kotor. Lagi terkena ludah.
Air bercampur tanah, air bercampur debu. Lebih buruk, jika air tersebut adalah produk hujan asam.
Semua lebih buruk lagi, gen-gen mereka kini aneh.
Ada kucing beranak satu. Kucing-kucing yang menderita pedofil. Kucing yang homoseks. Gila, bahkan hewan pun ikut gila, bukan saja manusia ini!
Inikah dunia yang katanya Atlantis itu? Kembali rusak,, dan tinggal menunggu lagi datangnya air bah.
Sungguh buta oleh bangunan indah.
Bahwa sungguh dibalik kemegahan ada kegilaan--sebuah penebusan nyata (jika kau mengerti maksudku).
Kota batu, sungguh kumohon, jangan sampai makhluk diatasmu pun menjadi "batu".
Cukuplah kamu saja yang batu, tidak sifat mereka.
Batu sepertimu masih bisa diubah lebih singkat dari pada "batu-batu mereka."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
merci beaucoup~ :) your opinion's so valuable for me