Malem Selasa, akhir Agustus. Baru aja suntuk dengan calon kerjaan baru di tempat kerja baru, dan baru aja ketemu sama sobat buat belajar, dan baru aja pamitan sama tim LM :”) dan segala kesibukan yang bikin tambah energik, jam 2 dini hari masih bangun buat nulis ini di hape (RAJIN)! Jam 10 menemukan perbincangan menarik soal tanah di grup watsaap.
Wah menarik, nih! Pikirku. Karena dulu sempat diajar dosen favorit saya, alm.Silalahi (yg sbg menteri pertahanan keamanan nasional *cek lagi*, entah kenapa berita wafatnya tidak dibombardir media), beliau salah satu orang penting di BPN.
Aku, yang selama ini mulai menjauhi “dunia serius” tertarik dalam perbincangan ini. Berikut kira-kira isi perbincangan kami (tanpa nama).
A: (jempol) makjleb
LT: by Youth Proactive, Transparency International Indonesia
P: (jempol) makjleb (2)
E: (jempol) makjleb (3)
P: Tapi mau koreksi, setauku ga ada aturan yg menempat tanah lebih dr 20 tahun berhak atas sertifikat tanah (peace)
B: Setahuku jg ga ada yg begitu
P: Eigendom untuk org yg punya 2 kewarganegaraan ada, Mas. Tp hgb. Bukan per sertifikat. Jd ga ada sangkut paut di argumennya (menunjuk keatas)
A: iya kayanya ga ada. Kalo tanahnya emang gak jelas punya siapa, penghuni tanah yg udah lebih dari 20 tahun bisa didaftarkan kepemilikannya (bukan otomatis dapat sertifikat) dan tentunya ada syarat-syarat yg dipenuhi juga. Cmiiw
B: Nah masalahnya yg pelik, di poster2 itu mereka menekankan adanya ‘hak kepemilikan tanah’
Makanya ga mau dipindah ke rusunawa
LT: (panda) (telinga) masih nyimak
P: Bbrp org di kp pulo punya sertifikat, tp argumen mrk yg otomatis dpt sertifikat krn alasan 20 thn memang berbahaya. Bikin sertifikat mmg lama, gue pernah ketemu petani yg masih megang girik masa :, ditanya knp ga diurus “Lah pake ini masih bisa bayar kok neng. Lagian kalo mau cepet bayarnya mahal”. zz
(disini gue kepikiran pas di pekalongan dulu KL2, kenapa ga tanya soal tanah ya... jadi penasaranpadahal belum dapat matkul Perubahan Penggunaan Tanah)
ITP: Itu sumbernya tempo minggu ini ya. Bca td
LT: ditulisannya, berhak mendapat sertifikat tanah. Klo bahasa undang2nya gimana?
B: Nah itu jg faktor
A: Yang bersengketa soal kepemilikan tanah umumnya yg emang warga asli kampung Pulo yg turun temurun. Kalo warga pendatang lebih karena rusunawa plus2 bayarnya lumayan mahal
B: Kadang mereka ga mau ngurus, karena ga mau jadi subjek pajak
P: Berhak itu diatur di pasal 19 bg 2 UU PA, tp hukum ga tegas
Kadang krn dipalakin juga, Mas. Ada yg pernah kapok bikin sertifikat krn dipalak pencapil bpn 2 jt (panda melet)
Baru sekarang itu katanya proses mau didgitalisasi
B: Dan setahu saya berhak itu artinya kalo dari awal tanahnya ‘ga bertuan’ atau ga jelas, berhak diurus sertifikatnya. Bukan otomatis berhak jadi milik
P: (menunjuk keatas) tul
LT: klo kata temen, BPN di daerah itu udah kyk “dewa”.
P: Iya hahaha, Ahok jg pernah bilang mafia tanah itu BPN. Wong mrk tau kok cara malsuin sertifikat, tp kayak santai-santai aja (kucing)
A: (gambar LARASITA)
P: Gak jalan, sumpah (menunjuk keatas)
A: Program Larasita udah mulai jalan di bbrp daerah (katanya)
P: Banyak kasus sengketa tanah terjadi, baik dari industri ataupun negara, krn pendapatan tanah yg buruk. Yg kemarin di Karawang misalnya, gila gak sih tanah 70 petaninya masih ada yg pegang girik -_-
A: Jakarta ada pe, ga jauh dari daerah rumah gw masih ada yg mau jual tanah ga punya sertifikat
P: :’ :’ :’
A: Tanah di bantaran kali dibilang tanah negara. Tanah terminal aja banyak dibikin mal haha
IB: [Tanah JAKARTA]
B: Belum lagi soal luasan dan batas tanahnya jadi ga jelas kalo asal otomatis aja.
Dan soal pemalakan, yah harus diakui, emang suka ada oknum yg main2
LT: Jakarta Ora Didol
B: Ga dijual kok ngit
‘diemplok’
LT: K** bisa apa nih bt bantu?
L: Jgnkan kp. Pulo, rumah2 or apartemen aja sk cm HGB aja,, without SHM,, juga mgkn perlu dicek lg apa sesuai dg RTRW daerah situ *maaf kl rada ga nyambung Xp
P: (menunjuk keatas) (jempol)
Mendadak aku jadi pengen nulis soal tanah, deh, dari perspektif geografi. Meskipun dulu sempat mental bikin buku profil pertanahan di PPN B******* , kalah dari anak planologi ITB, gak bakal menyurutkan aku buat menulis soal tanah. Tunggu kabar selanjutnya, ya! Lagi diracik! *emang masakan? :p
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
merci beaucoup~ :) your opinion's so valuable for me