a friend. I think, she's a social one. Yes, she is. But I don't know why she did it.
Dari kenyataan barusan, saya menyimpulkan bahwa orang ini ternyata orang yang memikirkan dirinya sendiri. Suatu ketika saat saya mau ritual (ibadah) terburu-buru karena sudah mepet, saya bertemu dengannya, dia ingin banget ikut seminar tadi, tapi kayaknya gak dapet formulirnya.
Gw bilang ke dia, gw buru-buru dan mau solat dulu, ntar balik lagi. Gw tau dia pasti masih disofa itu karena ada temennya (dan temen gw juga) *feeling meeeen...haha. Untung temen sebarengan gw menyelamatkan gw, dengan pinjemin formulirnya.
Saya tidak mengerti jalan pikirannya.
Ambisius ya...hahah---tapi ambisius itu justru lebih baik dari pada ini. Intoleransi! enggak toleransi: saat itu juga kasih formulir itu ke gue! (teriak hatinya)
Dia emang gak liat apa betapa waktu itu sangat berharga? Kita tidak akan pernah tau kapan kita mati, dan dia menyuruh gw melepaskan akhirat untuk sesuatu formulir yang memang sosial sih, tapi: Tidakkah dia berpikir kalau gw mengubek-ubek tas dulu, itu membuang waktu, dan saya memang buru-buru!
Kecewa dengan orang ini. Sangat. Saya kira dia adalah tipe orang yang memang tulus, tenyata salah--jika ada maunya ia baik pada orang lain. Cenderung ambisius. Dan tidak memikirkan orang lain.. kecewa, kecewa, kecewa, dan i was hurt.
Orang boleh berjiwa sosial. Tapi orang berjiwa sosial, yang tidak peka pada orang lain?
Ada 1 hal lagi yang membuka gembok siapa dia sebenarnya:
saat saya mencoba untuk lebih ramah padanya karena menemani saya solat, padahal ia sedang berhalangan, dia menjawab,
"Bukan baik, tapi ADA MAUNYA."
Oke. Kartu joker tersibak.
Dalam beberapa saat lalu, sudah banyak sikap-sikap menyakitkan dari dia. Abu-abu. Good bye, deh, lebih baik tidak usah disengat. -___- muka dua
Kecewa. Saat identitas agama itu terbingkai diwajahnya juga. Hanyakah bingkai saja?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
merci beaucoup~ :) your opinion's so valuable for me